RAGAM BAHASA IKLAN ROKOK DJARUM 76
Episode (Wakil Rakyat): SEBUAH ANALISIS
SEMANTIK
Oleh:
FERI FENORIA RIFA'I
121111070
DEPARTEMAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
/1/
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai media
komunikasi komersial, iklan merupakan wahana bagi produsen untuk menggugah
kesadaran, menanamkan informasi mengembangkan sikap, serta mengharapkan adanya
suatu tindakan dari calon konsumennya yang menguntungkan produsen (Purwanto,
Sugeng 2006).
Sebagai
alat untuk mendapatkan konsumen, iklan sering kali dibuat menarik untuk
mengasosiasikan para konsumen untuk melihat dan mengikuti apa yang dijadikan
pesan utama dalam pengiklanan. Terutama iklan rokok.
Rokok, dalam kurun waktu beberapa
dekade terakhir memperlihatkan perkembangan yang sangat signifikan, terbukti
dengan bertambahnya jumlah produsen rokok (belum terhitung dari keberagaman
produk dalam satu produsen) di Indonesia. Hal tersebut menjadikan persaingan
secara terbuka dalam hal menarik para konsumen untuk menggunakan salah satu
atau semua produk dari satu produsen sehingga jika kita mengamati dalam
tanyangan televisi kebanyakan yang muncul beberapa menit dalam satu program
televisi adalah iklan-iklan yang berhubungan dengan rokok.
Berbeda dengan iklan-iklan yang
lain, iklan rokok memiliki kecenderungan keberagaman yang mewakili identitas.
Hal tersebut dapat dilihat dari
persaingan terbuka oleh jumlah produsen yang banyak sehingga masing-masing
produsen dengan masing-masing iklan menciptakan sebuah gaya ciri khas agar
mudah diingat oleh para konsumen. Seperti yang dapat kita perhatikan dalam
iklan-iklan rokok yang sudah beredar saat ini, nilai identitas produk dan nilai
identitas iklan tersalurkan dalam corak pencitraan, semiotik, semantik dan symbol.
Namun dalam hal ini pembahasan akan diutamakan dalam segi semantik. Begitu pula
pada iklan Djarum 76, yang memiliki elemen-elemen tersebut dan yang di pilih
dalam penelitian ini adalah episode berjudul wakil rakyat.
Iklan djarum 76 episode wakil rakyat
lebih menonjolkan pada fenomena bahasa, berupa ragam dan gaya bahasa. Keraf (dalam Yurnianti, Ermanto, Zulfadli 2012: 2)
menjelaskan pengertian gaya bahasa adalah unsur pemberdayaan bahasa untuk
mendapatkan pilihan kata yang tepat. Sejalan dengan itu, Manaf (2008:143)
memberikan pengertian gaya bahasa yaitu cara yang khas yang dipilih seseorang
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya melalui bahasa. Jadi, dapat
disimpulkan dari pendapat para ahli di atas bahwa gaya bahasa adalah cara
seseorang dalam menggunakan bahasa yang menjadi ciri khas dalam menggunakan
bahas, yaitu pada bagaimana sebuah perintah (comand)
dan budaya (Kultur) di jadikan tema peng-iklanan dengan dibalut unsur humoris
sehingga perlu dikaji berdasar teori yang sudah ada dalam menggungkap hal-hal
terkait dengan segala sesuatu yang ada dalam iklan tersebut.
I.2 Rumusan Masalah
Dalam pembahasan ini, permasalahan
yang dimunculkan dalam upaya menganalisis fenomena kebahasaan dalam iklan rokok
Djarum 76 episode wakil rakyat adalah
Bagaimana fenomena kebahasaan (semantik) dalam iklan rokok Djarum 76 episode
wakil rakyat? Dan Apa makna atau maksud dari iklan rokok Djarum 76 episode
wakil rakyat?
1.3 Metode Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Bogdan dan Taylor
(dalam Yurnianti, Ermanto, dan Zulfadli 2012:4) menjelaskan penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini
mengkaji dan mendeskripsikan Fenomena bahasa berupa fenomena semantik dan
menjelaskan maksud dari iklan rokok Djarum 76 episode wakil rakyat dengan
memanfaatkan bahasa sebagai tema iklannya.
Data penelitian ini adalah iklan produk rokok Djarum
76 episode wakil rakyat yang diunduh dari situs Youtube. Sumber data
penelitian ini adalah rokok Djarum 76 episode wakil rakyat. Setelah rokok
Djarum 76 episode wakil rakyat terkumpul, setelah itu ditranskripsikan,
dianalisis serta diklasifikasikan berdasarkan temuan penelitian.
1.4 landasan Teori
Segitiga semantik, segitiga makna
Ogden dan Richard. Di dalam teori tersebut, tiga hal yang menjadi inti sebuah
pemaknaan, pertama bentuk, kedua konsep, dan ketiga referen. Hubungan bentuk
dengan konsep dan referen bersifat langsung sedangkan hubungan bentuk dengan
referen bersifat arbitrer. Juga teori yang digunakan dalam dasar analisis
fenomena kebahasaan ini bersumber pada teori struktural Ferdinand de Sauusure
mengenai singinifie, dan signified atau konsep penanda dan
petanda.
Juga semantik tindak tutur, pengertiannya adalah
bahwa kita menggunakan bahasa untuk mengerjakan sesuatu, bahwa kita melukiskan
sesuatu itu hanyalah salah satu saja yang kita kerjakan: kita juga menggunakan
bahasa untuk berjanji, untuk menyarankan bahwa dalam menyatakan sebuah kalimat,
penutur biasannya terlibat dalam tiga macam tindakan (Austin 1963:ceramah VIII)
dalam wahab Abdul 1995:43)
/2/
PEMBAHASAN
Iklan Djarum 76 episode wakil rakyat, seperti
kita ketahui menjadikan aspek kebahasaan dan sikap kritikan terhadap para
pelaku politik Indonesia sebagai tema dan inti pengembangan alur penceritaan
iklan. Pada iklan tersebut terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan pertama menyangkut pemahaman dan upaya
menyampaikan alur cerita, kedua hal-hal yang dijadikan setting pengiklanan,
ketiga unsur-unsur kebahasaan, dan keempat adalah simbol-simbol yang digunakan.
Secara umum sebagai ilmu tentang
tanda, semantik merupakan sebuah kajian makna dalam hal kebahasaan sehingga
unsur kebahasaan tetap menjadi prioritas utama.
2.1 Tema Besar Kebahasaan
Iklan Djarum 76 episode wakil rakyat
secara umum menceritakan seorang jin yang tiba-tiba keluar kemudian berada
dalam sebuah kantor pemerintahan lebih tepatnya dalam gedung MPR dan DPR ( hal
tersebut dibuktikan dengan simbol yang digunakan adalah wakil orang miskin dan
wakil orang kecil) dimana jin tersebut mengajukan permintaan untuk
mengungkapkan keingiinan dari orang-orang yang ada di dalam gedung tersebut.
Keinginan itu diawali oleh seorang wakil ketua yang menyatakan;
Wakil ketua : Jin.... saya bosen, saya mau naik pangkat..!!
Jin :Ok...
wakil di buang
(suara ledakan)
Wakil ketua : hehehehehe
Maka seketika wakil ketua tersebut berubah menjadi
ketua. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah konsep dari wakil untuk pindah
jabatan yang lebih tinggi adalah wakilnya di buang.
Saat mengungkapkan keinginan
untuk naik pangkat
Dari wakil ketua dan dihilangkan
wakilnya menjadi ketua
Lalu
setelah kejadian tersebut peserta lain ikut mengajukan keinginan kepada jin dan
mengatakan;
Peserta : Intruksi jin, kami juga mau naik pangkat !!!!
Jin :ok.
Peserta :loh....... kog jadi begini, apa-apaan ini.......
Ok : loh........kalog naik pangkat.
Wakil, dibuang kan.........?
Peserta : kami protes.
Pemaknaan konteks yang berbeda
menjadikan keinginan peserta tak
Sesuai dengan rencana, malah
menajdi rakyat miskin
Sesuai dengan konsep sebelumnya
bahwa konsep meningkatkan jabatan dari wakil adalah penghilangan kata wakil,
namun yang terjadi pada peserta tersebut malah berkebalikan yaitu tambah jauh
turun jabatan. Yaitu menjadi rakyat miskin. Fenomena tersebut merupakan sebuah
bentuk fenomena bahasa berupa semantik. Coba perhatikan kata wakil rakyat
miskin bersinonim dengan kata DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) ataupun MPR
(Majelis perwakilan Rakyat), ketika pada peristiwa sebelumnya terjadi konsep
penghilangan wakil maka pada peristiwa kedua terjadi kesalahan penafsiran atau
terjadi dua praduga kemungkinan pemaknaan, yaitu dari sisi jin dan yang satu dari sisi peserta yang
menganggap positif peristiwa pertama sehingga disini telah terjadi fenomena
kebahasaan berupa fenomena yang berhubungan dengan pemaknaan yang dalam bagian
selanjutnya akan dijelaskan yaitu makna konseptual dan asosiatif dalam iklan
Djarum 76 episode wakil rakyat ini.
Penjelasan jin tentang konsep
menaikkan pangkat dengan menghilangkan wakil
Sehingga tinggal rakyat miskinnya
Dan iklan ini diakhiri dengan
penunjukkan keiinginan selanjutnya pada peserta yang lain, dalam iklan tersebut
berganti tulisan dari wakil rakyat miskin menjadi wakil rakyat kecil sehingga
dalam iklan tersebut terjadi percakapan;
Jin :
yah.......... giliran kalian jadi orang kecil . (sambil menunjuk kepada peserta
lain yang dikategorikan sebagai wakil orang kecil)
Bentuk penolakan atas keinginan
jin untuk ikut menjadikan mereka sama seperti
Peristiwa sebelumnya
2.2 Ragam gaya bahasa
Ragam
gaya bahasa yang digunakan dalam iklan ini kebanyakan adalah bahasa-bahasa
ujaran atau percakapan, artinya bahasa tersebut lebih cenderung tidak baku dan
kadang menggunakan logat dan gaya berbicara kedaerahan. Dalam iklan ini berupa
kebudayaan jawa atau tindak tutur gaya medok
jawa terutama ketika yang bertindak sebagai penutur adalah jin.
Wakil ketua : Jin.... saya bosen, saya mau naik pangkat..!!
(gaya
bahasa klimaks)
Jin :Ok...
wakil di buang
(suara ledakan)
Wakil ketua : hehehehehe
Peserta : Intruksi jin, kami juga mau naik pangkat !!!!
Jin :ok.
Peserta :loh....... kog jadi begini, apa-apaan ini.......
Ok :
loh........kalog naik pangkat. Wakil, dibuang kan.........?hehehhe
Peserta : kami protes.
Jin :
yah.......... giliran kalian jadi orang kecil . (sambil menunjuk kepada peserta
lain yang dikategorikan sebagai wakil orang kecil)
2.2 Makna Koseptual dan Makna
Asosiatif
Leech
1976 (dalam Chaer abdul 2003:293) membagi makna menjadi dua makna diantaranya makna
konseptual dan makna asosiasif. Yang dimaksud makna konseptual adalah makna
yang dimiliki oleh leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun.
Sedangkan makna asosiasif adalah makna yang dimiliki
sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan
sesuatu yang berada di luar bahasa. Sehingga masing-masing makna yang
dijelaskan tersebut dalam kaitannya dengan iklan Djarum 76 episode wakil rakyat
penggunaan makna konseptual adalah wakil rakyat miskin. Kata wakil rakyat
miskin merupakan sebuah kesatuan penyebutan atau pengistilahan yang bersinonim
dengan DPR dan MPR dan secara konseptual memiliki pengertian sebuah naungan
lembaga pemerintahan dengan kategori kelas-kelas atau wilayah sesuai pembagian
pemerintahan yang berlaku di Indonesia yang bertindak sebagai penampung
aspirasi rakyat Indonesia dan bertindak sebagai penentu serta penimbang
kebijakan yang akan dijalankan oleh pemerintah yang dikepalai oleh seorang
presiden.
Begitu pula pada kata jin, kata tersebut juga
mengacu pada pemaknaan konseptual yaitu makna konseptualnya adalah seorang
penghuni teko kecil dalam sebuah mitos Timur tengah yang dapat memberikan tiga
permintaan kepada seseorang yang telah menemukan teko tersebut dan mulai
membersihkannya.
Sedangkan makna asosiatif tidak di temukan, namun
yang terdapat dalam penggunaan ragam bahasa iklan rokok Djarum 76 episode wakil
rakyat adalah makna kolokatif.
Makna kolokatif adalah dengan ciri-ciri makna
tertentu yang dimiliki sebuah kata dari sejumlah kata-kata yang bersinonim
sehingga kata tersebut cocok untuk digunakan berpasangan dengan kata tertentu
lainnya. Dalam iklan tersebut makna kolokatif terdapat pada kata wakil rakyat
miskin dan wakil rakyat kecil. Lebih lengkapnya dalam percakapan:
Peserta : Intruksi jin, kami juga mau naik pangkat !!!!
Jin :ok.
Peserta :loh....... kog jadi begini, apa-apaan ini.......
Ok :
loh........kalog naik pangkat. Wakil, dibuang kan.........?hehehhe
Peserta : kami protes.
Jin :
yah.......... giliran kalian jadi orang kecil . (sambil menunjuk kepada peserta
lain yang dikategorikan sebagai wakil orang kecil)
Yaitu
kata tersebut memiliki kesamaan arti dengan MPR dan DPR.
/3/
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat kita ambil kesimpulan
bahwa iklan rokok Djarum 76 episode wakil rakyat menggunakan fenomena
kebahasaan sebagai inti pengembangan cerita dalam iklan. Fenomena tersebut
berupa timbal balik ungkapan semantik tindak tutur berupa bahasa-bahasa ujaran
yang di dalamnya merujuk pada suatu proses pemaknaan yang disebut sebagai makna
konseptual dan makna asosiatif.
Secara keseluruhan hal yang sangat dominan berupa
fenomena bahasa khususnya fenomena semantik adalah ungkapan dari wakil ketua
menjadi ketua (dengan konsep jin untuk menghilangkan kata wakil) dari peristiwa
tersebut dapat kita perhatikan bahwa kontruksi
wakil ketua saja telah mengasumsikan atau mengacu pada pengertian sebuah
jabatan yang terletak di bawah seorang ketua. Dan dengan penghilangan kata
wakil itu saja maka dari pengertian sebelumnya yang mengasosiasikan jabatan ketua
secara tiba-tiba telah berpindah peran atau pengertian yaitu sebagai atasan.
Begitu pula pada kata wakil rakyat kecil dan wakil
orang kecil. Dari kontruksi sebelumnya yaitu wakil rakyat kecil yang bersinonim
dengan MPR dan DPR namun setelah terjadi kontruksi baru maka terjadi pembaruan
pemaknaan yang jelas sangat berkebalikan atau bersebrangan yaitu menjadi rakyat
kecil (akibat konsep pertama yang dilakukan jin pada peristiwa pertama
penghilangan bahasa wakil dalam kontruksi bahasa wakil ketua) yang mengarah
pada pengertian warga miskin. Selain itu pula pada peristiwa ketiga yaitu upaya
jin melakukan hal tersebut kembali kapada wakil orang kecil. Namun para orang
yang tergolong dalam wakil orang kecil dalam iklan rokok tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, Anggota IKAPI
Efendi, Uchjana Onong 1993. Televisi Siaran Teori &
Praktek. Bandung:
Penerbit Cv Mandar Maju
Finoza, Lanudin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia,
untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa.
Jakarta: Penerbit Diksi Insan Mulia
Pateda, Mansur. 2001. Semantik
Leksikal. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta
Purwanto, Sugeng 2006. IKLAN ROKOK A MILD VERSI BUKAN “BASA BASI”, TEMA “TANYA KENAPA”: ANALISIS
PASCASTRUKTURAL1.
dalam
Dinamika Bahasa Juli 2006. Semarang: FBIB UNISBANK. Hal. 2 .
Wahab, Abdul.1995. Teori
Semantik. Surabaya:
Airlangga University Press
www. Youtube.com/yafa4523
Yurnianti, Ermanto, Zulfahdli, 2012. GAYA BAHASA IKLAN PRODUK PT. UNILEVER INDONESIA: Suatu Tinjauan Semantik
dan Pragmatik. Padang: Prodi Sastra Indonesia FBS Universitas
Negeri Padang.
Komentar
Posting Komentar
Salam kenal 😊 Terima kasih sudah berkomentar. Sering-sering mengecek postingan terbaru dari www.omahloretan.blogspot.com yaa 😊