Postingan

Menampilkan postingan dengan label Catatan

13 Menit setelah 2022 Berakhir

Gambar
OMAHLORETAN - Sebelum saat ini, Malam begitu menyengat Senja terlampau terbata-bata Hati pun terkunci untuk terisi Kemudian, Juni memberiku kunci Aku mengenalmu Di antara kata-kata yang nyaring bersuara Tentangmu Tentang dia Tentang mereka Tentang kita Lantas,  Kita cicipi mie ayam di sebelah balai kota Sekali Dua kali Dan seterusnya Kau ternyata ku kenal Seolah begitu jauh Semacam sudah sangat lama Serupa melihat sebingkai cermin Serupa, seirama Hingga ku menunduk Meminjam namamu dalam doa-doa Untuk Sang Pencipta Cinta, terima kasih sudah hadir Dalam kekelamanku di tahun 2022 Aku bersyukur mengenalmu Berteman denganmu Dan sangat bersyukur menjadikanmu  Ibu bagi anak-anakku kelak Tentu aku juga bersyukur Tuhan memberiku kesempatan, Kemudahan Dan beragam momen Hingga pandangan kita bertemu Tutur kita saling menyapa  Sampai jemari kita saling mencengkrama Semakin bercengkrama Aku kian melihat masa depan di matamu Tentang kita Tentang keluarga Tentu tentang semuanya  Di ujung tahun 2022 A

Bacaan Susunan Doa saat Ziarah Kubur

Gambar
OMAHLORETAN - Bagi masyarakat Jawa, ada sebuah tradisi saat menjelang puasa Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Yakni, ziarah ke makam para leluhur. Selain sebagai ikhtiar untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ada banyak nilai yang dapat dipetik dari tradisi ziarah itu. Yakni, mendoakan para leluhur, mengingat dan napak tilas para leluhur agar nilai serta tali kekeluargaan kian kuat maupun tertelusuri, serta memberikan pelajaran kepada seluruh generasi muda akan kepastian adanya kematian. Sehingga seseorang akan lebih berhati-hati dan menjauhi perbuatan negatif. Berikut  bacaan dan susunan doa saat ziarah kubur.   1. Pengantar Al-Fatihah اِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَاَلِهِ وصَحْبِهِ شَيْءٌ لِلهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ - Membaca Al Fatihah بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الَّمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّ

Berwisata ke Masa Lalu dengan “Peter Pan“ NOAH

Gambar
OMAHLORETAN -  "Akan tiada lagi kini tawamu Tuk hapuskan semua sepi di hati...  -Semua tentang kita- Bagi setiap orang. Ada satu hal entah tempat atau apa pun yang mampu menyalakan jiwa dalam dirinya. Yang berakibat, jiwanya membuka memoar kisah-kisah masa lalu yang seketika tampak dalam benak dan pikirannya saat itu juga. Seperti halnya tertambat dalam musik, suara, serta lirik lagu tertentu.  Itulah yang setidaknya saya alami saat NOAH meluncurkan album Second Chance Taman Langit. Tepat pada Kamis (17/12/2021). Ada semacam tarikan kekuatan yang membawa pada perjalanan ke masa lalu. Tentang situasi ruang, waktu, suasana, dan orang-orang saat lagu-lagu itu kali pertama masuk dalam pendengaran saya.  Foto: peterpan.wordpress.com Lagu "Mimpi yang sempurna" saya dengar saat memasuki usia SD kelas IV. Saat itu saya mendengar dari siaran televisi. Pas di sekolah, saya temukan lirik lagu itu tertulis di sebuah bungkus jajan di kantin dengan wajah personel Peter Pan di sampingn

Ucapkan “Sory, maaf” Bukan Mengumpat

Gambar
OMAHLORETAN -  Suatu sore sekira jam pulang kantor, jalanan tampak lumayan lengang. Langit juga tak menampakkan akan turun hujan. Sebuah motor keluar dari sebuah blok perkantoran. Bergerak perlahan sembari dua orang yang menumpanginya asyik bercerita tentang sesuatu hal. Saking sangat asyiknya bercerita, motor itu bergerak ke arah kanan secara perlahan, menuju sisi bahu jalan sebelah kanan. Perlahan-lahan, sama sekali tidak kencang. Naasnya, si pengemudi lupa menyalakan lampu sen (dibaca: sign alias lampu penanda. Gak mudeng? lampu reteng) ke kanan.  Tiba-tiba dari arah belakang, sebuah lelaki dengan motor Megapro melaju cukup kencang. Stttt, suara pergesekan ban depan Megapro dan aspal terdengar cukup keras. Motor Megapro meliuk-liuk bak barongan Reog Ponorogo dimainkan seniman (tanpa diikuti backsound hok a hok e). Meliuk ke kanan dan ke kiri, sttttt. Jancokkk…. terdengar agak samar suara pengendara Mega Pro. Sementara dua pengendara motor lainnya tetap asyik bercerita di depannya. M

Renung: Mendebatkan Isi Pikiran

Gambar
OMAHLORETAN - Coba saja kita begitu intim dengan perdebatan pikiran dalam lingkup kecil. Kelompok, komunitas, organisasi kantor, divisi, bahkan tim. Ya, meski tetap saja ada yang mesti dibayar atas pilihan pada tradisi itu. Mungkin saja kesopanan menjadi tampak begitu tereduksi. Mengingat, pikiran tak pernah mengenal kamus kata sopan dan santun. Terkadang malah justru terkesan sopan santun tampak tertelanjangi. Maksudnya begini, dalam satu hal apapun, kecil sekalipun, kita terbiasa mengedepankan argumentasi. Kita melihat problem, lantas membahasnya melalui perdebatan argumentasi dan pikiran. Melihat sesuatunya itu dengan kepala, dengan ide, dengan pendekatan yang menyeluruh. Bukan pada hal yang bersifat non- substantif. Misal, soal isu sentimen, isu perasaan, isu suka dan tidak suka. Satu hal baiknya, akan ada satu poin keputusan yang didasari konsep yang sangat matang. Satu konsep yang memiliki dasar argumen dan pikiran yang kuat. Berdasar pengalaman, ada begitu banyak poin kesep

Mlipir: Jembatan Suramadu, Bebek Sinjay, dan Senja

Gambar
OMAHLORETAN - Jika hari libur, kerja yang longgar, serta kelebihan uang menghampiri Anda, melakukan perjalanan ala wisatawan alias mlipir bisa jadi pilihan yang menarik. Terutama untuk sekadar menyegarkan kembali pikiran dan semangat. Ini bukan bermaksud ajakan untuk berhijrah kepada ideologi hedonisme lho ya. Astagfirullah. Sekadar mengingatkan bahwa ada yang bisa kita jadikan inspirasi di sekitar kita. Menghargai sekitar kita, terutama diri kita masing-masing. Tapi, ya jangan kebablasan kalo urusan menghargai diri alias self reward. Nyonyor kon ngko. Tim Mlipir kali ini akan menceritakan keseruan mlipir di sekitaran Surabaya dan Madura. Dijamin lumayan seru, terutama budget aman. Anggap saja ini adalah perjalanan traveling seru. Rute mlipir yang bisa kalian pilih salah satunya berjudul menikmati perjalanan dari Surabaya ke Madura kembali ke Surabaya. Emang seru? Jajalen dewe lek ra percoyo. Syaratnya cuma satu, ke sana bersama orangyang dicintai. Keseruan perdana dalam rute kali i

Weton dan Pernikahan

Gambar
OMAHLORETAN - Dalam tradisi orang Jawa, makna weton begitu kuat dan mengakar. Tidak semua orang Jawa sebenarnya. Hanya bagi orang Jawa yang masih kental dan menjunjung tinggi tradisi Jawa. Namun, secara umum orang Jawa masih memegangnya.  Weton sendiri bermakna perhitungan hari lahir seseorang yang digunakan sebagai patokan untuk menunjuk ramalan tertentu. Sederhananya, ada perhitungan tertentu bagi orang Jawa saat lahir dengan angka-angka tertentu. Angka itulah yang selanjutnya dijadikan patokan menentukan suatu ramalan tertentu.  RAISA dan Hamish Daud saat prosesi pernikahan adat Jawa. (Foto: beautynesia.com)  Weton ini hampir mirip dengan horoskop, semacam shio dalam tradisi China. Termasuk zodiak dalam tradisi modern.  Weton terdiri atas Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Masing-masing memiliki nilai angka sendiri-sendiri. Yakni, Legi 5, Pahing 9, Pon 7, Wage 4, serta Kliwon 8. Pertanyaannya? Dari mana nilai-nilai angka itu didapatkan? Nah itu, saya tidak tahu. Angka itu diturun

Sisi Lain Kota Seribu Sungai

Gambar
Oleh: Feri Fenoria (Foto: Andi Pramono)  Saat mencoba mengabadikan pojok-pojok Kota Banjarmasin kala itu, teriakan anak-anak ini jadi terasa begitu menarik untuk dilihat serta diamati. Ketika itu sekitar pukul 16.00 WIT. Rintik hujan juga mengguyur meski tipis. Ada sekitar sembilan anak saya kira. Mereka asyik bermain air. Menjatuhkan tubuhnya ke dalam air. Seketika tengelam, lantas muncul kembali ke permukaan sembari tersenyum dan tertawa kepada yang lain. Beberapa anak juga tetap ikut tergelak meski hanya mengamati di tengah jembatan semen di sebelahnya.  Saya shock. Beberapa waktu juga menelan ludah.  Anak-anak ini begitu asyik dan santuy berenang di sungai itu. Warnanya tak lagi biru bening,  agak kehijauan, kecokelatan, dan kehitaman. Sementara di pinggir seberang mereka terlihat sampah yang lumayan menumpuk. Sampah-sampah itu turut terombang-ambing terkena gelombang air permainan anak-anak itu.  Seketika, saya teringat thread di twitter beberapa waktu lalu. Saat muncul ketakutan

Mendefinisi Apresiasi

Gambar
Asupan gizi "Kripik Mbothe" bentuk sederhana dari apresiasi. (Foto: Xiomi Redminote8)  Tiba-tiba smartphone saya berkedip dan menarik perhatian. WA grup riuh. Ada komplain dari seseorang soal unggahan yang baru saja di-upload tim kami di medsos. Mereka marah. "Kok enak e moro2 upload. Gak duwe sopan-sopan e blas" satu tulisan di salah satu screeshoot. Lantas, saya terdiam. Begitupun rekan rekan. Kami saling menerawang dengan pertanyaan dan jawaban yang muncul dalam pikiran masing-masing. "Padahal, kalo dipikir-pikir kita tuh sebenarnya satu tim alias satu rumah besar.  Cuma gara-gara kita terbagi atas kelompok saja. Rumah besarnya sama," satu chat muncul di grup yang lain. Selalu ada problem dalam organisasi, pikir saya. Saya langsung teringat dengan sejumlah tulisan Mochtar Lubis soal karakter-karakter negatif bangsa Indonesia. Bukan apa apa. Sebab, selalu ada hal yang mesti dipertanyakan soal sikap-sikap kita sebagai bangsa. Aku dan kamu. Kita! Ke

Pandemi yang Bisa Kita Renungi

Gambar
Foto: Unsplash/Mufid Majnun Ada begitu banyak dampak negatif yang timbul karena pandemi. Kedatangannya yang tanpa permisi membuat sejumlah masyarakat masih berharap ini semua adalah mimpi.  Namun, pandemi memang benar-benar terjadi. Terjadi hampir setahun lebih. Tahun 2020 berjalan tak terasa bak dongeng yang meminta masyarakat di rumah saja. Dan, tanpa terasa kini telah masuk tahun 2021. Namun, sebenarnya pandemi tak melulu soal sesuatu yang negatif dan buruk. Ada beragam renungan yang dapat kita petik dari rentetan peristiwa akibat pandemi ini. Bahkan, ada renungan itu yang 'menampar' kita yang tak pernah membayangkan akan terjadi masa seperti yang terjadi saat ini. Coba kalian renungi.  Kita pasti akan kembali alias (Mati)  Korban akibat pandemi Covid-19 terus berjatuhan. Daya dan upaya juga terus dikerahkan. Baik dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah. Namun, kematian itu terus saja datang.  Kita semua pada akhirnya akan melalui hal yang sama. Meninggalkan kehidupan d

"Manusia Indonesia" Menurut Mochtar Lubis

Gambar
Ada enam sifat "Manusia Indonesia" yang ia kemukakan saat itu. Yang kemudian, paparan pidato Mochtar Lubis itu diabadikan melalui buku berjudul "Manusia Indonesia".  Pada 6 April 1977 dalam sebuah Pidato Kebangsaan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Mochtar Lubis membuat geger kawan-kawannya. Budayawan, penulis, penyair, bahkan birokrat dan masyarakat. Ia menyampaikan dengan tegas dan lugas sifat-sifat manusia Indonesia.  Atas pidato kebangsaannya itu, muncul beragam respons di masyarakat. Ada yang pro dan ada yang kontra. Namun setidaknya, paparan Mochtar Lubis itu menjadi salah satu bahan kritik terhadap kita sebagai bangsa dan manusia Indonesia. Menjadi salah satu bahan diskusi tentang keindonesiaan kita. Terutama berhubungan dengan sikap kritis terhadap gejala sosial budaya dari masa ke masa.  Ada enam sifat "Manusia Indonesia" yang ia kemukakan saat itu. Yang kemudian, paparan pidato Mochtar Lubis itu diabadikan melalui buku berjudul "Manusia

Merokok di Bawah Gedung 21 Lantai

Gambar
Foto: medium.com Ada banyak alasan kita merasa capek. Lalu, orang lain juga capek lho. Bukan kamu saja. Orang lain juga. Mereka juga merasa sumpek lho. Kesal juga lho. Jangan pernah egois ya.  Kali ini Jangger benar-benar merasa kepayahan. Seusai pekerjaan yang bisa dikerjakannya selesai, ia langsung bergegas menjauhi meja kerja dan seisinya. Entah kenapa, dalam kondisi kalut, apapun yang berhubungan dengan kerjaan yang belum usai itu tampak menjadi sangat memuakkan. Lepaskan, ungkap hati si Jangger. Keluar gedung dan menyalakan sigaret selalu menjadi salah satu obat mujarab yang bisa dilakukan si Jangger dalam kondisi itu. Bergegaslah ia ke lift dan turun ke lantai 1, selanjutnya pergi ke pojok gedung, lalu duduk di kursi berderet dan menyalakan sigaret dengan korek api. Diisaplah sigaret itu dengan kemelut pikir yang mengendap-endap mencari jawaban. Tak selang berapa lama, si Munip menyusul. Salah seorang kawan kantornya yang kurang lebih memiliki hobi sama. Menghabisk