Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

Sisi Lain Kota Seribu Sungai

Gambar
Oleh: Feri Fenoria (Foto: Andi Pramono)  Saat mencoba mengabadikan pojok-pojok Kota Banjarmasin kala itu, teriakan anak-anak ini jadi terasa begitu menarik untuk dilihat serta diamati. Ketika itu sekitar pukul 16.00 WIT. Rintik hujan juga mengguyur meski tipis. Ada sekitar sembilan anak saya kira. Mereka asyik bermain air. Menjatuhkan tubuhnya ke dalam air. Seketika tengelam, lantas muncul kembali ke permukaan sembari tersenyum dan tertawa kepada yang lain. Beberapa anak juga tetap ikut tergelak meski hanya mengamati di tengah jembatan semen di sebelahnya.  Saya shock. Beberapa waktu juga menelan ludah.  Anak-anak ini begitu asyik dan santuy berenang di sungai itu. Warnanya tak lagi biru bening,  agak kehijauan, kecokelatan, dan kehitaman. Sementara di pinggir seberang mereka terlihat sampah yang lumayan menumpuk. Sampah-sampah itu turut terombang-ambing terkena gelombang air permainan anak-anak itu.  Seketika, saya teringat thread di twitter beberapa waktu lalu. Saat muncul ketakutan

Mendefinisi Apresiasi

Gambar
Asupan gizi "Kripik Mbothe" bentuk sederhana dari apresiasi. (Foto: Xiomi Redminote8)  Tiba-tiba smartphone saya berkedip dan menarik perhatian. WA grup riuh. Ada komplain dari seseorang soal unggahan yang baru saja di-upload tim kami di medsos. Mereka marah. "Kok enak e moro2 upload. Gak duwe sopan-sopan e blas" satu tulisan di salah satu screeshoot. Lantas, saya terdiam. Begitupun rekan rekan. Kami saling menerawang dengan pertanyaan dan jawaban yang muncul dalam pikiran masing-masing. "Padahal, kalo dipikir-pikir kita tuh sebenarnya satu tim alias satu rumah besar.  Cuma gara-gara kita terbagi atas kelompok saja. Rumah besarnya sama," satu chat muncul di grup yang lain. Selalu ada problem dalam organisasi, pikir saya. Saya langsung teringat dengan sejumlah tulisan Mochtar Lubis soal karakter-karakter negatif bangsa Indonesia. Bukan apa apa. Sebab, selalu ada hal yang mesti dipertanyakan soal sikap-sikap kita sebagai bangsa. Aku dan kamu. Kita! Ke

Pandemi yang Bisa Kita Renungi

Gambar
Foto: Unsplash/Mufid Majnun Ada begitu banyak dampak negatif yang timbul karena pandemi. Kedatangannya yang tanpa permisi membuat sejumlah masyarakat masih berharap ini semua adalah mimpi.  Namun, pandemi memang benar-benar terjadi. Terjadi hampir setahun lebih. Tahun 2020 berjalan tak terasa bak dongeng yang meminta masyarakat di rumah saja. Dan, tanpa terasa kini telah masuk tahun 2021. Namun, sebenarnya pandemi tak melulu soal sesuatu yang negatif dan buruk. Ada beragam renungan yang dapat kita petik dari rentetan peristiwa akibat pandemi ini. Bahkan, ada renungan itu yang 'menampar' kita yang tak pernah membayangkan akan terjadi masa seperti yang terjadi saat ini. Coba kalian renungi.  Kita pasti akan kembali alias (Mati)  Korban akibat pandemi Covid-19 terus berjatuhan. Daya dan upaya juga terus dikerahkan. Baik dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah. Namun, kematian itu terus saja datang.  Kita semua pada akhirnya akan melalui hal yang sama. Meninggalkan kehidupan d

Panduan Isolasi Mandiri "Pasien Positif Covid-19"

Gambar
Ilustrasi: Feri Fenoria Buku ini berisi panduan isolasi mandiri bagi pasien positif Covid-19. Buku ini mengedepankan desain yang menarik berdasar bahan materi isi dari Chaerunnisa Rachman. Semoga buku ini mampu memberikan pengetahuan dan panduan bagi siapa pun. Terutama mereka yang dekat dengan pasien Covid-19. Kita semua sama-sama berdoa agar selalu diberikan kesehatan dan keselamatan. Dan semoga dampak pandemi Covid-19 kian menurun. Semoga bermanfaat.

Puisi: Dunia Merindu Senja

Gambar
LANGIT senja di antara kebisingan kota. (Foto: Dok Pribadi)  Tak pernah benar ada yang serupa dengan senja di dunia Keseimbangan yang begitu anggun Matang dan kuat Kesayupan yang tak mematikan Temaram yang mencerahkan Tak pernah ada sepi dalam kesepian Dunia begitu merindu pasti Memilih gelap tak terlihat Atau terang jadi sorotan Tak lagi ada manusia Yang ada hanya kamu siapa Seberapa dan seperti apa Kehidupan menjadi kerdil Serupa kotak make up Untuk panggung dan sandiwara Tinggal kita, Berbondong-bondong menunggu waktu Menunggu peluit akhir pertandingan Dengan mengejar kalah dan menang Yang keduanya tak pernah benar-benar ada A n dai kita bisa serupa senja Menyeimbangkan hidup Di tengah hidup yang berlari menuju carut-marut