Sisi Lain Kota Seribu Sungai
Oleh: Feri Fenoria
(Foto: Andi Pramono) |
Saat mencoba mengabadikan pojok-pojok Kota Banjarmasin kala itu, teriakan anak-anak ini jadi terasa begitu menarik untuk dilihat serta diamati. Ketika itu sekitar pukul 16.00 WIT. Rintik hujan juga mengguyur meski tipis.
Ada sekitar sembilan anak saya kira. Mereka asyik bermain air. Menjatuhkan tubuhnya ke dalam air. Seketika tengelam, lantas muncul kembali ke permukaan sembari tersenyum dan tertawa kepada yang lain. Beberapa anak juga tetap ikut tergelak meski hanya mengamati di tengah jembatan semen di sebelahnya.
Saya shock. Beberapa waktu juga menelan ludah. Anak-anak ini begitu asyik dan santuy berenang di sungai itu. Warnanya tak lagi biru bening, agak kehijauan, kecokelatan, dan kehitaman. Sementara di pinggir seberang mereka terlihat sampah yang lumayan menumpuk. Sampah-sampah itu turut terombang-ambing terkena gelombang air permainan anak-anak itu.
Seketika, saya teringat thread di twitter beberapa waktu lalu. Saat muncul ketakutan pada virus Corona, ada anggapan bahwa kita (anak Indonesia) terlampau punya banyak imun alias kebal. Sebab, kita sedari kecil udah terbiasa dengan bakteri ecoli di es, makanan campuran formalin, borax, bahkan makanan jatuh kurang lima menit tetap aja disikat. Bah ono bakteri ta virus, ta mboh opo kui, tetap aja masuk. Paling-paling esoknya mencret, usai mencret cengengesan lagi.
Pada akhirnya, dari peristiwa-peristiwa itu, ada kemungkinan anggapan-anggapan itu teramini. Kita emang sepertinya sudah sangat dekat dengan banyak virus dan bakteri. Tak hanya dekat, tapi mungkin juga sangat intim. 😌 Semoga kita tetap terlindungi, kuat, kebal, dan masyarakatnya menyatu.
(Foto: Feri Fenoria) |
(Foto: Feri Fenoria) |
Komentar
Posting Komentar
Salam kenal 😊 Terima kasih sudah berkomentar. Sering-sering mengecek postingan terbaru dari www.omahloretan.blogspot.com yaa 😊