Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Puisi: Mereka, Biarlah Biar

Gambar
Dalam keramaian, Kita mengeja dunia kita sendiri Yang tak mengenal hohohihe media sosial Apalagi kesibukan pejabat menata panggung Aku hanya ingin mengajakmu Ya, mengajakmu Mencecap kesepian dalam keramaian "Kau terlalu melankoli" Katamu Mungkin saja, Atau, narasi yang terlalu definitif? Entahlah, Setidaknya aku mencari sesuatu "Lalu, kenapa kau mengajakku? Katamu lagi Sederhana, Karena aku memang mencarimu Dan, yang kucari selama ini Itu saja Ya, benar itu saja "Tanpa alasan lain? Tanyamu lagi Terlalu beralasan, terkesan transaksional Bukankah cinta tak perlu banyak karena? Malam ini, aku ingin bersamamu Itu saja, Sampai nanti Semoga kelak, Kita tak pernah saling mencari kembali Cukup hari ini Biarkan, mereka

Sebelum Ranukumbolo

Gambar
"Ya Allah wes meh teko yo. Iyo ketok kae tendo-tendone," ungkap teman saya gembira. Kala itu gerimis, medan lumayan menanjak. Jalanan juga begitu becek. Tak ayal beberapa kali sepatu teman saya terlepas. Dalam kondisi sangat dingin, malam hari dan minim pencahayaan, kami berupaya sampai pada waktunya. Ya, kala itu pukul 1.15 dini hari. Kami sampai di punggung bukit di depan Ranukumbolo. Tepatnya jalur sebelum atau menuju pos 4. Kala itu saya bertiga. Bersama dua teman perempuan saya. Kami terpecah saat berada di jalur menuju pos 4. Total rombongan sepuluh orang. Cuaca saat itu sangat tidak mendukung. Ditambah suasana capek dan ingin segera sampai dan istirahat. Rombongan bersepuluh terpisah jadi dua rombongan. Tujuh orang sudah di depan. Saya bertiga di belakang. Ego mesti dijauhkan dalam kondisi lumayan buruk saat itu. Saya mengambil posisi di belakang saat jalanan datar. Sementara,saat jalanan menanjak, saya mengambil posisi di tengah. Benar, tanjakan menj

Puisi: Mencumbu Jeda

Gambar
Dan, saat ini masih ada muram di antara kita Memaksa ada jarak Menepi Memberi ruang untuk berkontemplasi Sebelumnya, Kau dan aku begitu membenci jarak Tak pernah ada tempat untuk kita saling melepas Dalam napas sekalipun Namun, kehidupan tetaplah kehidupan Yang terkadang Selalu ada banyak cara menyerah pada lupa Berpikir untuk tak pernah benar-benar berpikir Dan, akhirnya Dalam itu tak cukup di bawah permukaan Seremonial itu sangat rapuh Tanpa ada kesadaran Ia hanya bisu dan kosong yang mengulang Kita akan tetap bertemu Dan akan lebih mahir mencumbui pertemuan Ku harap kau siap menemuiku