Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Puisi: Kepala-kepala Manusia

Kuberjalan pada jalan setapak Di sekelilingnya terlihat kepala-kepala manusia Tercecer pula darah-darah segar Yang meliuk-liuk dijalanan basah Matanya melotot Dia melototiku Hingga aku ragu untuk melewati jalan itu Aku tak mungkin kembali sebab dibelakang, terlihat kawanan malam yang mencekam Aku harus berjalan Terus melanjutkan perjalanan Saat pikiran berusaha menerka-nerka Kurasakan kaki tercengkeram oleh tangan Kulihat tangan keluar dari tanah-tanah yang subur itu Dia menahanku Tak sedikitpun membiarkanku bergerak Kepala-kepala itu tiba-tiba meloncat Mendekat sembari terus melotot dengan picik Tak pernah ku sangka berikutnya Tangan-tanganku tak bisa kugerakkan Dia hidup tanpa persetujuanku Lantas ia raih satu kepala yang berkelebat di belakangku Aku sempat bertanya Kenapa meraih kepala itu Kulihat pula aku tak merasa kenal Tak pernah melihat dia sebelumnya Lantas tangan kiriku berusaha mencongkel matanya Hingga sangat kasar Mata itu pun tak berupa

Puisi: Pulang

Rumahku mulai lapuk Tanahnya mulai gersang Daunnya mulai menguning Jalanan setapak mulai tak tampak Menjelma jalanan besar yang sepi Tangan-tangan tak lagi melambai Ia bersembunyi di saku-saku celana yang hangat Suara-suara tak lagi terdengar Ia tertelan pada dinding-dinding Lantas menggema pada ruang-ruang nurani Rintik hujan tak lagi bersuara Ia lenyap di telan kosong Di telan pikiran yang tak dipikirkan Kambing pun tak lagi liar Ia mematung dan terdiam Terkatup menelan kepedihan Sangat sekali aku sesalkan Aku ingin pulang Sangat ingin pulang Bukan pergi ke tempat yang tinggal bisa ku kenang Tapi aku ingin pulang Ke tempat lugu yang tak ada hantu