Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Merokok di Bawah Gedung 21 Lantai

Gambar
Foto: medium.com Ada banyak alasan kita merasa capek. Lalu, orang lain juga capek lho. Bukan kamu saja. Orang lain juga. Mereka juga merasa sumpek lho. Kesal juga lho. Jangan pernah egois ya.  Kali ini Jangger benar-benar merasa kepayahan. Seusai pekerjaan yang bisa dikerjakannya selesai, ia langsung bergegas menjauhi meja kerja dan seisinya. Entah kenapa, dalam kondisi kalut, apapun yang berhubungan dengan kerjaan yang belum usai itu tampak menjadi sangat memuakkan. Lepaskan, ungkap hati si Jangger. Keluar gedung dan menyalakan sigaret selalu menjadi salah satu obat mujarab yang bisa dilakukan si Jangger dalam kondisi itu. Bergegaslah ia ke lift dan turun ke lantai 1, selanjutnya pergi ke pojok gedung, lalu duduk di kursi berderet dan menyalakan sigaret dengan korek api. Diisaplah sigaret itu dengan kemelut pikir yang mengendap-endap mencari jawaban. Tak selang berapa lama, si Munip menyusul. Salah seorang kawan kantornya yang kurang lebih memiliki hobi sama. Menghabisk

Telepon

Gambar
Ilustrasi pribadi Kini saya hanya bisa mengakhirinya dengan ungkapan “kita hanya bisa saling memahami dengan ketidakpahaman masing-masing” Kalau sampeyan pngen tahu sekarang jam berapa? akan saya sampaikan sekarang jam 11.38. Kamis malam ini tanpa setetes air mata jatuh dari kepolosan sang langit. Disertai sayup-sayup suara sang maestro pendobrak Iwan Fals, hati ini terus bergetar tak berarah, sumpah. Kalian sebut alay terserah, yang jelas, saya merasa sangat resah.  Sebelum ini, seorang kawan tiba-tiba menelepon saya. Sudah dua kali dia mencoba menelepon. Pertama, dia menggunakan jaringan telepon, tapi hasilnya, kami ha-he ha-he gak jelas. Sebab, kekuatan sinyal tak memberi kami ruang untuk saling bertukar kabar. Sinyalnya buruk atau memang hp kami yang gak jelas. Dia tak mati akal. Kedua, ia menggunakan jaringan Whatshap. Saya pikir akan ada sesuatu yang sangat penting atau hal yang urgen akan ia sampaikan kepada saya. Sebab, sebelum ini ia tak biasa menelepon saya. Te

Bima, Mega, dan Cuci Tangan

Gambar
Sumber: intiruh.com Tapi, yang terpenting dari semua itu adalah menghargai dan menjaga perasaannya. Di manapun, kapan pun dan dalam kondisi apapun. "Sek-sek jajal cuci tanganmu wes bener opo durung?" ungkap teman saya di kantor pada suatu siang seusai dia kembali dari toilet. "Penting iki. Aku wingi search delok tutorial. Benere pie" tambahnya lagi, kemudian memperhatikan saya. Ketika itu, saya memang tengah mengambil cairan pembersih tangan. Mendengar itu seperti ada sebuah tantangan dan tanpa basa-basi saya lakukan. "Woh, wes iso arek iki. Kok ngerti carane cuci tangan? tanyanya kembali dengan sedikit penasaran. "Wo, iyo tekan berita seng mok tulis. Lek gak ngono meme cuci tangan seng mok gawe iki mestian" katanya lagi menerka-nerka. Saya tak langsung menjawab. Dari pernyataan itu pula, pikiran saya langsung teringat dengan satu cerita teman saya. Bagi saya lumayan menarik. ... "Minggu ini kamu pulang?" "Iya, a