Merokok di Bawah Gedung 21 Lantai
Foto: medium.com |
Ada banyak alasan kita merasa capek. Lalu, orang lain juga capek lho. Bukan kamu saja. Orang lain juga. Mereka juga merasa sumpek lho. Kesal juga lho. Jangan pernah egois ya.
Kali ini Jangger benar-benar merasa kepayahan. Seusai pekerjaan yang bisa dikerjakannya selesai, ia langsung bergegas menjauhi meja kerja dan seisinya. Entah kenapa, dalam kondisi kalut, apapun yang berhubungan dengan kerjaan yang belum usai itu tampak menjadi sangat memuakkan. Lepaskan, ungkap hati si Jangger.
Keluar gedung dan menyalakan sigaret selalu menjadi salah satu obat mujarab yang bisa dilakukan si Jangger dalam kondisi itu. Bergegaslah ia ke lift dan turun ke lantai 1, selanjutnya pergi ke pojok gedung, lalu duduk di kursi berderet dan menyalakan sigaret dengan korek api. Diisaplah sigaret itu dengan kemelut pikir yang mengendap-endap mencari jawaban.
Tak selang berapa lama, si Munip menyusul. Salah seorang kawan kantornya yang kurang lebih memiliki hobi sama. Menghabiskan kemelut sisa-sisa meja kerja yang tak usai-usai. Namun, ia berbeda divisi dengan Jangger. Munip di redaksi, sedangkan Jangger di project branding.
"Kenopo kon" Munip berujar sembari menyalakan sigaret.
"Aku pengin misuh. Juancookkkk"
"Loossno. Pokok ojo karo nesu karo lali marang Gusti Kang Murbeng Dumadi" jawab Munip santai.
“Aku ki jane sering mengalami hal seng gak sportif. Tapi, iki kok nang ati gak enak"
"Wes tak kandani seh, ojok terlalu gae ati. Gaenen logika ae" timpal Munip.
Keduanya memang sangat sering berubah jadi gadis perempuan yang seperti baru mengenal cinta. Saling mendengar dan bercerita satu sama lain. Dan, tanpa ada sebuah keharusan mereka otomatis saling memaklumi dan memahami.
Saling mengungkapkan itu memang terkadang jauh lebih ampuh untuk mengurangi ide berujar kesal di depan orang atau tempat umum dan ramai. Tampak Kita emosi dan terlihat konyol. Meski, padahal orang-orang itu yang lebih dulu berbuat konyol.
Jangger kecewa dengan sikap timnya. Bukan apa-apa. Ia merasa hanya tidak didengar dan dianggap saja. Kekanak-kanakan? Ya mungkin bisa iya , mungkin bisa juga tidak.
Sebelumnya, kepala tim mengajak rapat. Ada project besar baru yang ditawarkan. Biasa, semua tim saling mengungkapkan pendapatnya. Sementara, tim Jangger tak banyak mengungkapkan konsep. Mengingat, visual-nya sudah sedikit banyak ditentukan klien. Kali ini timnya menyiapkan visual konsep seluruhnya beserta narasi penjelas yang lumayan banyak.
Deadline ditentukan. Hanya 3 hari. Titik. Sudah harus jadi.Tim desainnya sangat kaget. Termasuk Jangger selaku ketua timnya. Mengingat, dalam waktu yang kurang lebih bersamaan, ada lebih dari tiga list project yang juga mesti dikerjakan. Sama-sama menuntut cepat, tepat, dan menarik.
"Tambahan aja, mungkin karena kita tahu deadline sangat mepet, tim lain mohon segera mengirim bahan maksimal h-1 deadline ya. Atau kalo bisa sama-sama satu hari setengah waktunya. Biar kita nanti sama-sama enak. Mohon ya" ungkap Jangger.
Tak ada respons, semuanya terdiam. Tim lain terdiam. Mungkin sama-sama dikejar deadline. Beberapa saat kemudian seorang tim lain menyelutuk menimpali yang lain tapi gak menjawab pertanyaan si Jangger. Yang lainnya pun ikut larut dalam perbincangan yang di luar konteks saat itu. Malah membahas yang lain, malah terkesan tidak menganggap dan mencoba membelokkan pembicaraan yang lain. Apa yang dibahas? Malah hal di luar project.
Tim Jangger pun sangat menangkap. Ini untuk kali kesekian timnya sebagai penjaga gawang terakhir terkesan dikorbankan dalam tanda kutip. Terkesan juga tak dipikir kesulitan-kesulitan timnya dalam proses penyempurnaan project. Dipikir desain itu gak sesulit membuat narasi tulisan? unek unek tim dalam kondisi serupa dalam kesempatan yang lain. Pada akhirnya, Jangger pun memilih untuk berkata.
" Kalau sudah tidak ada yang penting untuk dibahas, kita akhiri saja dan mulai kerjakan" tuturnya.
***
"Aku bukan kok opo opo, yo ngunu iku wong saiki iku. Kabeh podo pengen omong, trus dirungokne. Tiwas dadi posisi kon ngrungokne podo gak gelem" timpal Si Munip.
"Iku juga serujuk dengan ungkapan terlalu memikirkan diri sendiri, akhire lali mikirne wong liyo" Imbuhnya.
"Makane, aku milih ndang metu, trus utik-utik seng isok tak kerjakne mari ngono rene iki mau" kata Jangger.
"Ngrungokne bahas seng gak kontekstual dengan wajah polos dan guyon marai mundak semrepet" tambahnya.
***
Ada kalanya memang, kita mengasih koma dalam hidup. Berhenti sejenak. Memikirkan keistimewaan yang kita alami, kerjakan, dan dapatkan. Kemudian memikirkan hal serupa untuk orang lain. Setarakah? Serupakah? Samakah?
Ada banyak alasan kita merasa capek. Lalu, orang lain juga capek lho. Bukan kamu saja. Orang lain juga. Mereka juga merasa sumpek lho. Kesal juga lho. Jangan pernah egois ya.
Setidaknya kita mesti tahu bagaimana melampiaskan itu semua. Seperti halnya dilakukan Jangger dengan bercerita dengan Munip. (Bukan yang rokok merokok lho ya poinnya).
"Aku tak bermaksud membakar. Tapi, suatu waktu kon ngomong entah dalam sindiran atau apa gawe tim seng gak ngengep iku. Kasihan kalo mereka merasa istimewa sendiri, gak memikirkan tim yang lain. Podo ae kon menyuburkan egoise mereka iku" Ujar Munip.
"Tapi, yog opo coba? Aku yo bingung kudu piye?
"Semua orang iku sangat berpotensi tidak suka dengan yang lain. Entah itu kamu kepada orang lain. Pun orang lain kepadamu. Yang jang sampai membuat orang lain sakit hati" Imbuh Munip.
"Lek kadong disakiti disek piye jal?
Pada akhirnya, mengutip nasihat-nasihat Cak Nun, berusahalah untuk tidak menyakiti orang lain dalam hal apapun. Sekecil apapun. Berusahalah memberikan kenyamanan kepada orang di sekitarmu.
Dan, cobalah bertanya kepada dirimu sendiri tentang kesulitan-kesulitan, terutama kemudahan-kemudahan yang kau alami, untuk orang lain. Agar, kamu punya dasar yang kuat untuk menghargai orang lain. Yang terkesan tak menghargaimu sama sekali, coba pikirkanlah kembali. Kenapa dan ada apa. Semoga diberi kemudahan mencecap kesabaran. Mereka hanya belum mengerti dan perlu dikasih pengertian supaya kian tidak tengelam. Jangan pernah berhenti bertanya kepada dirimu sendiri
Komentar
Posting Komentar
Salam kenal 😊 Terima kasih sudah berkomentar. Sering-sering mengecek postingan terbaru dari www.omahloretan.blogspot.com yaa 😊