Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerpen

Renung: Mendebatkan Isi Pikiran

Gambar
OMAHLORETAN - Coba saja kita begitu intim dengan perdebatan pikiran dalam lingkup kecil. Kelompok, komunitas, organisasi kantor, divisi, bahkan tim. Ya, meski tetap saja ada yang mesti dibayar atas pilihan pada tradisi itu. Mungkin saja kesopanan menjadi tampak begitu tereduksi. Mengingat, pikiran tak pernah mengenal kamus kata sopan dan santun. Terkadang malah justru terkesan sopan santun tampak tertelanjangi. Maksudnya begini, dalam satu hal apapun, kecil sekalipun, kita terbiasa mengedepankan argumentasi. Kita melihat problem, lantas membahasnya melalui perdebatan argumentasi dan pikiran. Melihat sesuatunya itu dengan kepala, dengan ide, dengan pendekatan yang menyeluruh. Bukan pada hal yang bersifat non- substantif. Misal, soal isu sentimen, isu perasaan, isu suka dan tidak suka. Satu hal baiknya, akan ada satu poin keputusan yang didasari konsep yang sangat matang. Satu konsep yang memiliki dasar argumen dan pikiran yang kuat. Berdasar pengalaman, ada begitu banyak poin kesep

Telepon

Gambar
Ilustrasi pribadi Kini saya hanya bisa mengakhirinya dengan ungkapan “kita hanya bisa saling memahami dengan ketidakpahaman masing-masing” Kalau sampeyan pngen tahu sekarang jam berapa? akan saya sampaikan sekarang jam 11.38. Kamis malam ini tanpa setetes air mata jatuh dari kepolosan sang langit. Disertai sayup-sayup suara sang maestro pendobrak Iwan Fals, hati ini terus bergetar tak berarah, sumpah. Kalian sebut alay terserah, yang jelas, saya merasa sangat resah.  Sebelum ini, seorang kawan tiba-tiba menelepon saya. Sudah dua kali dia mencoba menelepon. Pertama, dia menggunakan jaringan telepon, tapi hasilnya, kami ha-he ha-he gak jelas. Sebab, kekuatan sinyal tak memberi kami ruang untuk saling bertukar kabar. Sinyalnya buruk atau memang hp kami yang gak jelas. Dia tak mati akal. Kedua, ia menggunakan jaringan Whatshap. Saya pikir akan ada sesuatu yang sangat penting atau hal yang urgen akan ia sampaikan kepada saya. Sebab, sebelum ini ia tak biasa menelepon saya. Te

Kita Yang Masih Tersandera

Gambar
Lk/ Bukan... Kamu jangan salah paham. Ini hanya sebuah kebetulan. Kamu jangan demikian... Semuanya ini bisa aku jelaskan... Dan setelah pembicaraan itu, tanganmu tiba-tiba melayang ke pipiku. Seketika tanpa pamit, kau meninggalkanku keluar tak menoleh sedikit pun. Dan, aku mematung lantas mencecapi pilu-pilu kisah yang terburu-buru. Kr/ efek zoom.. Diiringi melodi melantun lambat. Duduk melutut. Keringat mengikut. Air mata bercucur dan bergelayut. Telunjuk lengan kanan terangkat pelan. Seketika itu, Irama sepi dan sunyi bergelayut. Seperti halnya nada-nada syahdu dan sepi menusuk serta mengisi ruang-ruang ragu. Kembali terdengar, lagi Pr/ Langkahku berat, seakan tak kuasa mengangkat, walau hanya sejengkang. Mataku lembab, namun masih bertahan untuk tak tumpah di tempat terjadi debat.. Beberapa detik kemudian, tubuhku tergopoh, duduk layu menyandar dinding rumah kusam tak bertuan di bawah atap cakrawala, menghempas napas pejamkan mata. Lk/ Lantas, sembari tangan y

Randu yang Menggebu

Gambar
http://www.caradesain.com/14-foto-indah-lampu-di-malam-hujan/ RANDU melihat jam digital yang terpasang di salah sudut kantor. Ia melihat dua titik berkedip di antara angka 00 dan 01. Lantas, pandanganya mengamati dan mencari seorang senior perempuan yang duduk di seberang pintu keluar. Dia belum pulang, pikirnya. Masak, kalah dengan dia, pikirannya terus menerawang dan menganalisis tindakan yang akan dilakukan berikutnya. Lumayan lama ia memperhatikan keadaan sekitar. Dipandangnya tumpukan koran-koran bekas di pojok kantor. Diciumnya harum wangi godaan aroma tubuh perempuan yang barusan nyelonong lewat di belakangnya. Cantik, seksi, otaknya kira-kira berkata. Ia juga serius mengamati layar monitor berukurun 12 inci yang di salah sudutnya tertulis "Bekerjalah dengan hati, jangan setengah-setengah". Sebentar pula, ia selalu berjalan menyusuri dimensi waktu mengingat gadisnya yang mengatakan itu saat berpesan pada hari ulang tahun. Ini pesan atau todongan, tanya Randu kemb

Surantat

Gambar
Lelaki Paro Baya yang Lekas Berputus Asa Sore itu matahari terlihat sejuk. Diikuti hembusan angin yang tak sebegitu besar, temaram cahayanya memberikan ketenangan. Termasuk dirasakan Rantat. Seorang laki-laki parobaya beranak satu laki-laki. Dia adalah seorang suami untuk istrinya yang tak pernah muncul setelah empat tahun lalu memutuskan untuk merantau ke negeri seberang. Dia juga seorang ayah dari anak laki-laki kurus berkulit sawo matang yang saat ini duduk di bangku SD. Dia juga adalah seorang anak dari nenek tua yang beralih peran menjadi ibu dari anaknya. Sore itu dia memancing di sungai belakang rumahnya. Sudah sangat lama dia di sana. Hari itu dia memutuskan untuk tak bekerja meski sering kali anaknya merengek meminta berbagai hal yang dia temukan di televisi. Namun, "nanti kalau sudah punya uang" adalah ungkapan yang lumayan ampuh untuk menenangkan anaknya itu. Hari itu adalah hari Jumat. Bagi seorang penganut salah satu agama yang dianggap benar, hari itu

Telepon

K alau sampeyan pngen tahu sekarang jam berapa? akan saya sampaikan sekarang jam 11.38. Kamis malam ini tanpa setetes air mata jatuh dari kepolosan sang langit. Disertai sayup-sayup suara sang maestro pendobrak Iwan Fals, hati ini terus bergetar tak berarah, sumpah. Kalian sebut alay terserah, yang jelas, saya merasa sangat resah. Sebelum ini, seorang kawan tiba-tiba menelepon saya. Sudah dua kali dia mencoba menelepon. Pertama, dia menggunakan jaringan telepon, tapi hasilnya, kami ha-he ha-he gak jelas. Sebab, kekuatan sinyal tak memberi kami ruang untuk saling bertukar kabar. Sinyalnya buruk atau memang hp kami yang gak jelas. Dia tak mati akal. Kedua, ia menggunakan jaringan Whatshap. Saya pikir akan ada sesuatu yang sangat penting atau hal yang urgen akan ia sampaikan kepada saya. Sebab, sebelum ini ia tak biasa menelepon saya. Terutama saat malam seperti ini. Suaranya terdengar berat saat membuka perbincangan. Kami berbicara tanpa prolog basa-basi yang tak penting. Kami tak salin