Berwisata ke Masa Lalu dengan “Peter Pan“ NOAH

OMAHLORETAN -  "Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati... 

-Semua tentang kita-


Bagi setiap orang. Ada satu hal entah tempat atau apa pun yang mampu menyalakan jiwa dalam dirinya. Yang berakibat, jiwanya membuka memoar kisah-kisah masa lalu yang seketika tampak dalam benak dan pikirannya saat itu juga. Seperti halnya tertambat dalam musik, suara, serta lirik lagu tertentu. 

Itulah yang setidaknya saya alami saat NOAH meluncurkan album Second Chance Taman Langit. Tepat pada Kamis (17/12/2021). Ada semacam tarikan kekuatan yang membawa pada perjalanan ke masa lalu. Tentang situasi ruang, waktu, suasana, dan orang-orang saat lagu-lagu itu kali pertama masuk dalam pendengaran saya. 

Foto: peterpan.wordpress.com


Lagu "Mimpi yang sempurna" saya dengar saat memasuki usia SD kelas IV. Saat itu saya mendengar dari siaran televisi. Pas di sekolah, saya temukan lirik lagu itu tertulis di sebuah bungkus jajan di kantin dengan wajah personel Peter Pan di sampingnya. 

Terlepas saat itu saya tidak begitu memahami maksud lirik lagunya, tapi suka. Terdengar enak, dan kadang bergumam menyanyikannya dalam kesempatan saya bermain bersama teman-teman. 

Bahkan pernah pada suatu waktu, saya dihukum guru, karena apa lupa, untuk maju ke depan kelas. Hukumannya diminta menyanyi. Jelas, lagu "Mimpi yang sempurna" Itu yang saya nyanyikan. Memang saat itu syaratnya lagu yang sudah dinyanyikan teman gak boleh dinyanyikan kembali. Dan, yang dihukum saat itu sekitar ada tujuh orang. Lagu Peter Pan akhirnya saya nyanyikan. 

Saking mengidolakannya, saya bahkan mengumpulkan uang jajan untuk membeli kaset VCD bajakan di pasar kecamatan. Waktu itu mengumpulkan uang jajan sampai Rp 10 ribu. 

Bersama seorang teman saya menuju ke pasar. Dia terajak karena saya tidak punya sepeda. Dialah yang saya minta membonceng untuk membeli kaset bajakan Peter Pan di pasar. 

Sebenarnya memang tidak baik, tapi saat itu sangat minim informasi soal hal begituan. Akhirnya dapatlah kaset Peter Pan warna hijau dengan lagu lagu menarik lainnya. 

Bergantian dengan orang tua, saya memainkan kaset itu di VCD rumah. Biasanya saya putar saat sore menjelang petang. Sesekali di pagi hari saat sekolah libur seusai menonton sajian film kartun di RCTI. 

Sejak saat itulah, lagu-lagu Peter Pan begitu melekat. Bahkan beranjak sampai dengan kelas SMA. 

Dalam beberapa kesempatan, lagu-lagu Ariel itulah yang menemani saya dalam perjalanan remaja. Kali pertama mengenal cinta, mengirim surat, bertemu seseorang, saling mengungkapkan sesuatu. Saat bergembira, saat  patah hati dan sedih, bahkan saat kesepian. 

Sedikit banyak lagu-lagunya memengaruhi saya soal minat pada kata-kata indah. Lirik-lirik romantis. 

Kadang pula lagu-lagu itu menemani pada kenakalan-kenakalan remaja. Saat nongkrong bersama kawan. Bersenda gurau saat di sekolah, di luar sekolah, dan tempat-tempat yang lain. 

Bahkan lagu "Semua tentang kita" telah memantik saya untuk menabung membeli gitar dan bisa bermain gitar. Yang saat itu cukup aneh di mata lingkungan desa. Mengingat lingkungan saya agak sinis soal bermain gitar bagi seorang pemuda. Dan hal itulah yang saya lakukan. 

Saat SMA kadang ke sekolah bawa gitar. Dengan menentengnya bak musisi profesional dengan motor Suzuki RC 100. Saat orang lain ke sekolah menenteng tas dan hal normal lain. Sempat pula jadi bahan obrolan tetangga gara-gara sekolah bawa gitar. Beruntungnya orang tua tidak kaku dan membebaskan anak-anaknya. Meski akhirnya kepuasan bisa bermain gitar hanya pada lagu-lagu Peter Pan saja. 

Ya begitulah. Ada begitu banyak hal menggenang dalam lagu-lagu Peter Pan. Tentang seseorang, tentang ruang dan waktu, tentang perasaan, tentang sebuah ungkapan, dan tentang cinta-cinta remaja. Selalu ada sepotong kisah yang tersirat dalam kemunculan bait-bait lagu Peter Pan itu. 




Terima kasih Peter Pan, terima kasih NOAH. Kalian telah merapikan dan mengarsipkan sepotong kisah-kisah masa lalu yang syahdu dalam balutan lagu-lagu. Memantik memoar itu kembali terbuka dan mengisyaratkan pada perjalanan hidup yang berlari menuju ke masa depan. 

Setidaknya bait lagu itu memberikan kesempatan berhenti sejenak. Membuka ruang berpikir, bernostalgia, beromansa dengan detik. Yang pada akhirnya memberikan segenggam bara untuk lebih kuat berjalan ke depan. 

Sebab masa depan juga kadang berupa masa lalu yang menunggu untuk kembali dibawa melaju. Untuk mimpi, cita, dan cinta baru. 

Komentar