Definisi Teman

http://static.republika.co.id/uploads/images/headline_slide/pertemanan-pria-ilustrasi-_150218020253-323.jpg

Malam itu, saya bersama seorang kawan ngobrol di warung kopi (warkop). warkopnya tidak terlalu mewah, lumayan untuk sekadar nongkrong sampai pagi. Sebagaimana biasanya, kami akan membicarakan hal-hal terkini, berkomentar, dan memvonis senakknya. Namun, malam itu obrolan kami berbeda.

Di antara kerumunan anak muda yang bermain game sambil berteriak, kami ekslusif berbicara serius tentang teman. Bagi kami, itu Sungguh bukan tema pembicaraan warkop yang biasa kami obrolkan. Tema itu muncul saat teman saya asyik mengamati telepon genggam pintarnya. Sembari mengisap sebatang sigaret yang tinggal separo, ia sodorkan benda tersebut kepada saya.

Saya terdiam, tidak ada masalah dengan foto itu. Tidak ada unsur pornografi, provokasi, dan saya kira wajar. Kami juga mengenal mereka. Ia lantas bertanya di mana si Fulan. Biasanya komunitas itu ada si Fulan. Pasti ada dia dalam setiap kesempatan saat mereka berkumpul. Lalu, teman saya bertanya. Ke mana dia? diasingkankah? Kemudian teman saya tiba-tiba bertanya. Menurutmu, apa itu teman? Sungguh saya tak
pernah menyangka ia bertanya seperti itu.

Bukan bermaksud apa-apa. Saya hanya shock. Sebab, teman saya satu ini anaknya cool, adem anyem, tidak melankoli, cuek terhadap wanita. Apalagi, hal semacam ini,terkaan saya. Lantas, ia kembali mengulang pertanyaanya. Saya kaku mau menjawab, pikiran saya masih shock.

Bagi saya, pertanyaan itu adalah pertanyaan yang tak perlu dijawab, dijelaskan, didefinisikan, tapi diwujudkan. Di sisi lain, saya juga ingin menjawab dengan tegas sekaligus memastikan bahwa arti teman yang telah kami artikan selama ini tidak melenceng alias sepaham. Kami sama-sama terdiam, saya teguk kopi dalam cangkir kecil, sedangkan teman saya memetik api untuk membakar rokok berikutnya.

Bagi kami teman itu adalah jenis kata nomina yang berarti kawan, sahabat. Kawan sendiri menurut KBBI adalah seseorang yang sudah lama kenal, sedangkan sahabat adalah teman serta teman adalah sahabat. Itu sebenarnya sudah cukup menjelaskan bahwa pengertian teman/sahabat hanya bisa dirasakan dengan keheningan.

Mungkin kami sedang galau ketika malam itu. Sebab, saat ini kami melihat banyak kantong-kantong pertemanan palsu yang diwadahi media sosial asu itu. Kita saling menampakkan muka peduli, tapi kosong secara terus-menerus. Termasuk fenomena seorang teman yang tak diajak main meski mereka sudah lama saling kenal seperti yang kami lihat tersebut. Apakah itu sebuah kecocokan? Kesamaan pandangan?.

 Jika memang demikian, Kenapa tidak mereka hapus saja nama tersebut dalam daftar pertemanan mereka? Di antara obrolan yang diselingi kemarahan serta umpatan itu, tapi tidak tahu harus marah kepada siapa, kami sepakat dengan definisi teman versi kami sendiri. Yang kami teorikan dan patenkan malam itu pula. Inti dari teman adalah menemani, bukan teman sebagai nomina/kata benda yang tak hidup/ mati.

Namun, teman yang berarti kata kerja/verba/perlakuan/bentuk nyata/ kerja nyata (kata Kabinet Kerja), yaitu menemani secara jasmani dan rohani. Artinya, Saling berbicara mengutarakan apa pun tanpa sekat serta saling menjaga apa pun yang disampaikan. Tidak ada pesan jangan disampaikan kepada yang lain. Perasaan ingin menjaga privasi itu tergerak secara otomatis tanpa mengharap imbalan. Saling mengerti dan saling memaklumi. Bagi kami, Itu saja, tidak muluk-muluk, cukup itu dan hanya itu, menemani sampai kiamat hahaha.. .

Di antara lamat-lamat abu rokok yang mengepul, kami sama-sama terdiam. Tapi, ngunui angel golekane bos, koyo golek wedokan (jodo) ... kata teman saya sembari tertawa. Ya begitulah, obrolah kami malam itu. Kami pun sebenarnya belum puas dengan jawaban atas pertanyaan yang kami rumitkan sendiri. Lalu, bagaimana menurut kalian, teman Versi kalian, seperti apa? ....

Komentar