Satu Aja Susah, Ini Enam Ditelanjangi..
Sumber: madiun.solopos.com |
Alias siji wae gak oleh-oleh (satu saja nggak dapat-dapat kok), lha ini enam sekaligus dipacari plus ditelanjangi. Wah... benar-benar ngece ini pelaku. Bagi-bagi resep po o mas! Yah.....
Foto bugil enam perempuan mengagetkan jagat media sosial
pada awal Desember, Kamis (7/12) dan Jum'at (8/12). Bagaimana tidak kaget,
keenam foto disebarkan oleh si pacar, tega-teganya dia. Yang lebih membuat
tratapan, si penyebar adalah mahasiswa yang dikabarkan lanjut S2 dengan catatan
mendapat beasiswa. Sederhananya adalah pelaku berpendidikan tinggi, lha kok
bisa? Saya juga tidak tahu.
Yang lebih membuat tratapan plus deg-deg ser lagi, si
laki-laki (jare netijen perempuan dan laki-laki yang komen) bertampang biasa
alias nggak mirip kayak Brad Pitt, David Beckam, atau Lee Min Hoo. Boro-boro
mirip artis luar negeri, mirip artis dalam negeri semacam Ariel saja tidak. Lha
kok bisa-bisanya dia menelanjangi enam perempuan sekaligus. Putih-putih dan
semampai lagi (seperti yang tampak pada ilustrasi di koran Surya pada Jum'at 8
Desember 2018).
Lha wong, kalo diamati dan sesuai dengan survei terbaru
dalam kamus perjombloan, tidak sedikit pemuda tampan yang betah memasang status
jomblonya. Alias siji wae gak oleh-oleh (satu saja nggak dapat-dapat kok), lha ini enam sekaligus dipacari plus
ditelanjangi. Wah... benar-benar ngece ini pelaku. Bagi-bagi resep po o mas!
Yah.....
Terus, apanya yang salah? Si laki-lakinya, Si perempuannya,
Si media sosialnya, Si aplikasi video callnya, atau Si Netijen yang terlalu
membicarakan ini secara berlebihannya? Nah inilah yang perlu kita perhatikan.
Berdasar pernyataan pelaku pada press release di Polda Jatim, foto-foto bugil itu didapatkannya
dari aktivitas video call dengan
korban, enam pacarnya yang mboys itu. Atas aktivitas tersebut, pelaku melakukan
perekaman dan screenshot kondisi
bugil pacarnya, lantas mengunggahnya pada situs dewasa.
Muncul pertanyaan, lha kok bisa? Lha wujudnya beneran
terjadi begini, kok masih tanya, terus bagaimana? Masih tanya, kok bisa? Lhah
mboh…
Realitas kemudahan akses interaksi pada era digital saat ini
salah satunya merenggut korban semacam itu. Lihat saja kasus-kasus yang
sudah-sudah, misalnya ujaran kebencian. Pengguna atau penikmat teknologi
digital seolah tidak terlalu memahami dampak dan risiko digital semacam
aktivitas di dunia maya, internet.
Lebih tepatnya soal aktivitas itu menjadi sebuah data yang
terdokumentasi dan bisa diakses menembus ruang oleh siapa pun. Termasuk potensi
fitur teknologi untuk membuat bukti atau risiko disalahgunakan. Ditambah,
kemudahan itu didukung dengan teknologi yang sangat simple dan cepat, soal
perekaman itu.
Ruang sempit dan jauh saat mengakses internet ini seolah
turut memberikan kesan pengurangan kesadaran risiko-risiko itu. Akibatnya, yang
terjadi adalah bersikap keras di dunia maya, lalu melempem ketika bertemu
langsung dengan lawan bicara atau saat dipermasalahkan. Misalnya pada kasus
ujaran-ujaran kebencian, bahasa gaulnya hate
speech. Pelaku seolah lupa dengan dampak-damapk semacam itu.
Begitu pun pada kasus foto bugil itu. Kita bisa menduga
adanya pengurangan kesadaran para korban ketika melakukan itu. Terutama soal
potensi hal-hal tersebut disalahgunakan.
Mungkin memang benar-benar karena kurang atau minim
pengetahuan risiko itu kali ya. Akhirnya mbaknya mau-mau aja, pokok malam
minggu diajak nonton bioskop, beli eskrim, naik mobil keliling kota, berakhir
di… (saya gak tahu). Ini bukan bermaksud merendahkan perempuan lho ya.. Punten,
mbak-mbak.. Bisa pula karena timbulnya sugesti tidak rasional dan jernih akibat
ruang internet yang terkesan sempit dan kecil ini.
Selanjutnya, ada potensi dugaan yang mengarah pada
embel-embel pendidikan pada si laki-laki alias pelaku. Mungkinkah kejadian itu
didasari pada keuletan dan kecerdikan pelaku merangkai kata-kata indah nan luas
yang melelehkan hati para korbannya? Itu juga menjadi satu kemungkinan.
Maka mungkin benar kata lagunya Ari Lasso, ”Sentuhlah dia,
tepat di hatinya”. Melalui rayuan dan gombalan yang langsung makjleb ke hati
perempuan, logika mereka bakal tak bisa bekerja maksimal mencerna buih-buih serangan
itu, rayuan-rayuan maut.
Pada akhirnya, linglung bakal mengerogoti si perempuan dan
mau melakukan hal-hal yang di luar nalar semacam itu. Emang, itu benar di luar
nalar? Po ya demikian. Toh, banyak yang sepakat bahwa kejadian itu memunculkan
pertanyaan kok bisa ya? Itu kan nggak
normal dan sedikit aneh, mau-maunya dia, Ferguso... di luar nalar kan?
Atas dugaan-dugaan itu, mungkin ada penyebab lain, ini mungkin
yang lebih banyak disepakati atau diiyakan orang-orang. Yakni, disebabkan oleh
serangan bertubi-tubi dan panas gejolak perasaan yang berkecamuk bernama sangat
cinta pada kekasihnya. Sederhananya semua gara-gara C-I-N-T-A.
Yakni, sebuah perasaan aneh yang menjalar pada tubuh setiap manusia.
Tak terlihat tapi begitu terasa, kok kayak konsep Manunggaling Kawulo Karo
Gusti, ya ini malah.. wkwkw. Tapi, memang demikian, banyak pemuda kita tak
cukup lihai mengelola cinta. Mereka berujung pada hal-hal yang tidak
mengenakkan.
Akibatnya, logika risiko dampak negatif ini tidak begitu tampak
dan nyata dalam angan para korban. Ujungnya, pokok kena omongan cinta, semuanya
menjadi mampus dan bukan apa-apa..
Pada akhirnya, kita bisa mengambil satu pelajaran. Ini
berdasar kata Kyai saat ngaji pada sore hari. Loh ini beneran, dan saya berani share karena banyak literasi, meski
bukan dari satu agama, juga secara tidak langsung mengiyakan konsep yang
dicetuskan kyai saya ini.
Bahwasanya, kita itu, manusia itu, laki-laki dan perempuan
itu, diminta dan diwajibkan untuk tidak memberikan porsi berlebihan pada suatu
hal. Apa pun itu. Lho kok bisa begitu. Iya, memang demikian, kata Kyai saya
mengutip pada hadis dalam agama Islam. (bukan bermaksud SARA coy…) termasuk
dalam konteks percintaan yang berujung pada hal yang tidak sehat seperti kasus
ini.
Cinta yang dipupuk dengan perasaan yang berlebihan bakal
menumpulkan horizon pikiran yang lain. Alias, perasaan cinta terlalu besar
porsinya sehingga logika dan kejernihan pikiran menjadi berkurang.
Ini juga bisa ditarik dalam ranah konteks yang lain. Saat
kita menaruh sedikit perasaan suka atau cinta pada satu pilihan yang
berlebihan, misalnya pilihan partai, kita seolah menjadi buta dan menutup mata
pada hal yang kurang pada pilihan itu, pada partai itu.
Padahal, data dan fakta secara tegas serta gamblang menunjukkan
data yang negatif pada pilihan kita ini. Termasuk soal cintanya mbaknya pada
pelaku ini. Senajan gak mirip sama Aliando, tidur sambil ngowoh dan ngiler
saja, pelaku bakal tetap terlihat kayak Brad Pit bagi pacar-pacarnya itu. Iya
begitulah.
Akhirnya, satu dampak jelas dari kegemparan kasus ini,
selain foto bugil enam perempuan yang tersebar, adalah kian makjlebnya para
jomblo yang kian tengelam. Tren majang foto perempuan di wallpaper
smartphonenya saja belum keturutan, ini malah ada indikasi tren foto dan video
call model bugilan begini. Satu yang penting lagi, para jomblo… kita harus
segera menggelar aksi berjilid untuk menuntut pelaku memberi tahu serta
menularkan tips dan triknya mengaet perempuan-perempuan ini. Harus dan segera. Segera….!!!
Komentar
Posting Komentar
Salam kenal 😊 Terima kasih sudah berkomentar. Sering-sering mengecek postingan terbaru dari www.omahloretan.blogspot.com yaa 😊