Malam Minggu 25 Juli



Salam
Untukmu …. Semoga membuka perbincangan  antara kita

Malam ini mataku tak kunjung enggan untuk kupejamkan. Kau tahu? aku terus saja memikirkan mimpiku kemarin. Aku merasa payah dan sepayah-payahnya. Mungkin kesadaran atas keadaan yang berada di depan kita adalah hukuman untukku. Namun, sebelum kuceritakan, sudilah kau menjawab pertanyaanku tentang kebahagiannmu saat ini. Ku yakin kau begitu bahagia, kau pasti sangat bangga, dan kiranya kau terlihat semakin jelita. Aku tak akan memaksa untuk segera menjawab segala pertanyaanku. Sebab, aku sudah tahu jawaban itu.

Sudah begitu lama aku ingin menyapamu. Namun, aku merasa kita berada disebuah situasi yang sangat sulit dan semua terlihat sulit. Dan entah kenapa, aku tak mencari sedikit kemudahan untuk membuka komunikasi di antara kita. Yang jelas, kau sulit memberikan maaf kepadaku. Semoga itu hanya anggapanku. Tapi, waktu berjalan begitu sangat cepat. Hingga ku tak pernah menyangka malam ini nampak.  
o0o
Pagi ini berjalan seperti biasa. Ku datang ke sekolah dengan menenteng beberapa buku pelajaran untuk hari ini. Hari ini hari senin, kau tahu seragam yang dikenakan? Ya , seragam identitas sekolah. Aku mulai kaget ketika tiba di halaman, aku masuk kelas tepat berada di atas kelas mu. Tepatnya di gedung bertingkat yang membujur ke barat di selatan kantor sekolah.

Baik, jika kamu bingung, akan keperjelas. Kau pasti ingat, sekolah kita berada tepat di selatan sebuah masjid agung.  Dan kau pasti juga ingat, ada tiga gedung bertingkat di kompleks sekolah kita, yaitu yang membujur kebarat dua tempat, yang satu di selatan kantor dan yang satu dibarat kantor, serta satu lagi membujur ke utara.

Yang jelas, saat kita terlibat dalam sebuah pergumulan sandi remaja, aku berada di gedung tingkat sebelah barat kantor sedangkan kau berada di gedung yang membujur ke utara. Namun, yang ini berbeda. Kelasku berada tepat diatas kelasmu. Jam pelajaran dimulai. Seperti biasa, yang lain akan sibuk mencari contekkan PR dan hal lain. Hingga jam berjalan menjelang siang, tanpa sebuah alasan, aku tiba-tiba meminta ijin ke luar. Aku berjalan melalui depan teras kelas atas. Sambil melihat ke arah halaman, tak dapat kusaksikan seorang pun berkeliaran di sana. Hingga akhirnya, aku turun melalui tangga depan kantin. Lalu, menuju ke depan ruang organisasi. Aku sempat terdiam, setelah ini aku ingin melakukan apa. Sepertinya naluriku saat itu tidak langsung menuju kelasmu, tapi entah aku lantas berjalan menuju kelasmu. Kusaksikan kau tertawa bersama teman sebangkumu. Dan ketika ku lihat ke depan kelas, kusaksikan ada seorang guru laki-laki serius memberikan pelajaran.
Aku hanya melihat di depan kelas melalui jendela samping kelasmu yang terpampang jelas. Seketika, teman dibangku belakangmu memberikan gelagat bertanya kepadaku, apakah aku ingin memanggil AN? Dan sepertinya, temanmu sudah paham dengan maksud kedatanganku. Kau pun menoleh, kemudian kusaksikan senyummu merekah.  Aku pun memberikan isyarat, segeralah keluar, ku tunggu di tempat biasa.

Lantas, ku berjalan menyusuri teras gedung kelasmu. Sambil kusaksikan beberapa gedung sekolah yang terlihat berubah pikiranku membawaku untuk tak segera pergi menuju tempat yang kita maksud. Langkahku pun terhenti. Sambil berdiri ku pandang beberapa tempat di sekolah. Di depan ruang organisasi, kusaksikan semuanya juga ikut berubah, pohon dan tanaman hilang menjadi tanah yang tidak sebegitu lapang. Di depan, tepatnya di sebelah kantor administrasi, kulihat tanaman bunga yang sangat luar biasa indah. Dibagian belakangnya juga kusaksikan banyak pohon buah-buahan disana. Lalu, kulihat ke arah halaman sebelah barat, terlihat indah dan tertata. Dalam hatiku mengatakan "pantas sekolah ini kini menjadi adiwiyata nasional".

Seketika senyummu memancar, kau lantas menghampiriku. Kita berjalan menuju tempat yang biasa kita gunakan untuk becerita. Aku begitu terkejut saat kau melontarkan pertanyaan itu. Kau menyatakan, "tumben sekali kamu menghampiriku hingga ke kelas dan mengajakku ke tempat ini? Namun, aku tak tergesa-gesa untuk menjawab, meski kau terus memberikanku banyak pertanyaan lain yang serupa.

Aku tetap saja memandangimu dengan seksama, dari gelagatmu, gesturmu, senyumu, hingga apap pun tentangmu saat itu. Kau ternyata sangat dan begitu cantik saat SMA (dalam hatiku). Kemudian, aku terdiam sambil memperhatikan keadaan sekitar dan ku dengar beberapa pertanyaan terus meluncur dari mulutmu hingga mengusik perhatiannku. Kulihat kepala sekolah berdiri tak jauh di depan kita. Aku pun tak menghiraukan dan mengabaikan hal itu.

 Aku terus mendengarkan berbagai pertanyaanmu itu. Dalam hatiku, aku tak sanggup memberikan satu jawaban pun dari petanyaan-pertanyaan yang kau lontarkan. Aku merasa tak ingin pembicaraan ini segera selesai dengan satu jawaban dariku. Aku memilih mengabaikan sambil terus memandangimu, melihat senyumu, dan terus memandangimu. Bahkan, aku tak sempat memikirkan hal lain, meski bayangan itu tentangmu. Sepertinya, waktu telah mati. Kurasa kemampuanku saat itu hanya terdiam sambil memandangmu lekat-lekat. Tiba-tiba, saat ku perhatikan wajahmu lagi, ku lihat langit-langit mulai remang dan kisah itu pun mulai mengenang.
o0o

Itulah , yang ingin ku bagi denganmu, aku tak akan mebatasimu untuk mengartikan hal itu. Meski sangat pendek, aku ingin berbagi dari apa yang kualami malam itu. Sekali lagi kau bebas menenggapinya, aku tak akan pernah memaksa. Mungkin itu.

Akan ku sambung di surat berikutnya, semoga kau masih rela dan berkenan membacanya ......
Salam




Komentar