Karikatur yang Tak Beratur

Bagi saya,  memandang sebuah objek yang non-realis,  tapi bukan pula surealis,  selalu menarik dan lumayan bertahan cukup lama.  Saya masih sangat ingat,  ketika duduk di bangku SD,  sore tepatnya,  ibu saya hendak mengajak pergi ke rumah nenek.

Segala persiapan dan seluruh keluarga pastinya diajak.  Namun, kala itu,  kartun Tsubasa sangat menarik perhatian saya. Bahkan, instruksi Ibu untuk saya bersiap tak ter-record sama sekali.

Saya tetap meliarkan imajinasi yang saya peroleh dari visualisasi kartun Tsubasa tersebut.  Turut hanyut dan membayangkan bahwa dunia ini tidak nyata alias indah seperti visual kartun itu,  pikir saya.

Itulah seni.  Ia merupakan seongok megic yang mampu memberikan energi.  Seperti halnya yang melekat pada seni-seni yang lain semacam sastra berwujud puisi,  prosa, maupun drama.

Ia merupakan energi yang mengaktifkan sinyal imajinasi pada manusia. Itu bukan berarti tidak baik atau negatif.  Imajinasi dalam bahasan tersebut bermakna keaktifan sinyal otak alias pikiran manusia untuk memungkinkan menemukan suatu opsi-opsi yang baru.

Bayangan atau imajinasi tersebut adalah wujud kedalaman berpikir manusia untuk menemukan variasi makna yang lain. Yang bisa dan mungkin diterapkan.  Bahkan dapat pula berwujud pada opsi yang tidak mungkin.

Kembali pada Tsubasa, film atau cerita dengan visual yang sangat soft semacam itu justru mudah tersampaikan. Utamanya point of view yang ditonjolkan dalam film.

Tak heran,  bila suatu waktu saya menemukan buku-buku pelajaran semasa SD,  banyak gambar,  mungkin lebih dekat coretan,  di sampul maupun isi yang kosongnya.  Itu tidak berlebihan.  Sebab,  generasi 90-an,  Minggu adalah hari libur yang sangat mengasyikan.

Dimulai paginya dengan jalan-jalan,  wajtu berikutnya bakal diisi dengan sejumlah film kartun yang imajinatif dan konstruktif,  kecuali Sinchan sih. Karena itulah,  bagi saya,  visual soft sangat penting sehingga saya sabgat berminat pada dunia visual digital semacam itu. Termasuk karikatur maupun sejenisnya.

Karikatur, sesuai dengan KBBI,  memiliki arti yang sangat inti, yakni soal sindiran atau kritikan.  Utamanya menjadi saluran menyampaikan kritik atau masukkan kepada pihak tertentu, baik personal, organisasi,  maupun pemerintahan.

Karikatur berwujud visual dengan ganbaran yang bersifat grafis atau terdiri atas garis dan lengkung.  Menonjolkan unsur seni menggambar dengan diperkuat warna yang mengarah pada visual realis.

Namun,  seiring berkembangnya sosial masyarakat akibat terpengaruh oleh laju kemajuan teknologi yang cepat, makna karikatur yang mengarah pada kritik mulai bergeser.  Ia menjadi produk seni yang bukan bermakna demikian.  Namun,  lebih kepada seni yang bernilai untuk dinikmati.

Termasuk sebagai bentuk ekspresi atas variasi berkesenian terhadap kehidupan. Karena itu,  banyak kini muncul jasa karikatur untuk kado ulang tahun, pernikahan,  maupun gambar tokoh tertentu.

Sebab,  keberbedaan atas objek yang sesungguhnya tersebut secara tidak langsung memiliki kedalaman makna yang tersemat.  Apalagi,  terdapat motivasi yang sangat besar atas keinginan untuk membuahkan karya berupa karikatur itu.

Jadi, memang benar bahwa simbolisasi itu begitu penting dalam upaya memberikan makna terhadap segala sesuatu yang dianggap penting. Sebab,  selain untuk bertahan dari segala ancaman ketidakbaikan,  manusia di dunia dituntut untuk juga memberikan makna.  Termasuk kepada yang tidak bermakna sekalipun.

Demikianlah coretan yang tidak jelas dari saya.  Itu hanha pengantar untuk mengantarkan Anda pada beberapa karikatur yang sempat saya buat.  Berikut di antaranya;








Komentar