3 Idiots, Memotivasi atau Memprovokasi?
Ilustrasi: Poster film 3idiots. (Sumber: kompasiana) |
Sebuah Apresiasi Karya
Sastra Berupa Film
Oleh :
FERI FENORIA
RIFA’I
121111070
/1/
Di era teknologi
informasi dan komunikasi yang semakin berkembang, film bukan lagi menjadi
sesuatu yang mewah dan luar biasa. Berbeda dengan era-era sebelumnya, film
merupakan sebuah media hiburan yang diperuntukkan kepada kaum-kaum elite atau
kaum menengah atas. Selain itu, film-film tersebut dipertunjukkan dalam bioskop-bioskop yang terdapat dalam Mal
di kota-kota besar sehingga terjadi kecenderungan kaum-kaum elite yang lebih
sering menikmati hal tersebut. Film sendiri merupakan sebuah bentuk hiburan
berupa pertunjukkan yang menggunakan gabunggan antara gambar dan suara disertai
dengan visualisasi atau rekaman jejak kehidupan manusia.
Di Indonesia,
dunia film mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut dibuktikan
dengan pertama, jadwal pemutaran film pada gedung-gedung film atau bioskop
sehari mencapai tiga sampai lima judul film yang diputar, kedua banyak
bermunculannya judul-judul film, baik film layar lebar, sinetron maupun film
documenter, dan yang ketiga adalah banyak diadakannya event-event film dengan
skala daerah dan nasional.
Fenomena
tersebut bukan tanpa alasan. Perkembangan dalam hal teknologi berupa
sarana-sarana perfilman mengalami perkembangan yang sangat cepat. Sebagai
contoh fenomena handphone sebagai alat dengan fungsi utama sebagai media
komunikasi. Seiring berjalannya waktu, handphone mengalami perkembangan
berupa penambahan fitur-fitur canggih dalam mendukung fungsi utama seperti
camera, mp3, dan perekam video. Begitu pula handycamp, hanya
beberapa bulan saja dari satu produsen mengeluarkan model-model yang bervariasi
dengan kelebihan dan kekurangan yang beraneka ragam. Melalui hal tersebut
peluang untuk menciptkana film atau membuat karya seni berupa film menjadi
sesuatu yang tidak sulit sehingga memicu
produksi masal film dengan latar belakang persaingan kualitas dan mutu film
yang dihasilkan.
Namun terlepas
hal tersebut, film dapat diartikan sebagai sebuah produk yang di latar belakangi
oleh unsur kesengajaan. Kesengajaan tersebut merupakan sebuah amanat atau usaha
untuk menyampaiakan sesuatu kepada khalayak (penikmat film) sehingga dapat
dikatakan bahwa film merupakan sebuah visualisasi dari karya seni dan karya
sastra.
Karya sastra
merupakan sebuah penciptaan dengan tidak dan tanpa mempunyai batasan seperti
diungkapkan Jacob dalam bukunya Apresiasi Kasusastraan bahwa sastra
adalah seni, bukan ilmu. Sebuah batasan selalu berusaha mengungkapkan hakikat
sebuah sasaran. Dan hakikat sesuatu itu sifatnya universal dan abadi, padahal
apa yang disebut sastra itu tergantung pada tempat dan waktu.
Berkenaan dengan
pengertian sastra, pendefinisian tersebut bersifat relatif. Relatif disini
diartikan sebagai sesuatu pendefinisian yang tergantung pada kondisi sosial
budaya masyarakat pada zamannya sehingga
sekarang karya sastra, belum tentu beberapa tahun di sebut sebagai karya
sastra.
Maka kembali
pada film, film dapat dicurigai sebagai sesuatu yang mengusung nilai, mengusung
pesan, dan mempunyai beberapa maksud dari fakta visualisasi yang munculkan.
Begitu pula pada
film 3 Idiots. Sebagai film, 3 Idiots memiliki nilai-nilai yang
terkandung didalamnya, jika individu menonton film ini maka secara sadar maupun
tidak sadar ada sesuatu doktrin yang tersemat dalam pikiran para penikmat film
tersebut yang kemudian mempengaruhi cara pandang terhadap sesuatu hal. Namun
beberapa nilai yang coba disampaikan tersebut mengalami keambiguan, yaitu
diantaranya sebagai film motivasi ataukah sebagai provokasi. Tema motivasi
menjadi relevan jika hal tersebut didekatkan pada tema bahasan pendidikan,
sedangkan di satu sisi beberapa visualisasi dan alur cerita terdapat beberapa
hal yang sebenarnya dapat dikatakan sebagai provokasi untuk menjadikan
kepandaian sebagai kekuatan untuk menjatuhkan lawan serta sah untuk
meninggalkan kesopanan.
Untuk itu perlu dilakukan pengapresiasian karya
seni dan sastra berupa film 3 Idiots sebagai bentuk dukungan
perkembangan film dan sebagai bentuk penghargaan terhadap karya seni juga
sebagai media untuk mengungkapkan sesuatu yang tersembunyi dan tidak
disangka-sangka oleh para penikmat untuk di perlihatkan melalui beberapa metode
dan sesuai dengan keilmuan yang membidanginya. Sehingga dirasa perlu tulisan
ini untuk memaparkan dan membuktikan bahwa
film 3 Idiots merupakan
sebuah film motivasi atau kah film provokasi ?
/2/
3
Idiots merupakan sebuah film yang dilatar belakangi oleh budaya hindu, sebagai
agama mayoritas di India. Film ini menceritakan sebuah usaha dan pengambaran
tiga orang sebagai mahasiswa perguruan tinggi ternama di India untuk mengajar
mimpi dan berperang terhadap segala polemik atau permasalahan yang berusaha
mengubur mimpi-mimpi mereka.
Kisah itu
diawali dengan model cerita flash back atau model alur mundur yaitu dari
masa akhir (masa depan mereka) kembali pada cerita bagaimana mereka mengejar
masa depan mereka tersebut.
Sebagai pengenalan,
Farhan, begitulah ia disebut. Dia adalah
seorang anak dari orang tua yang merasa yakin dengan pilihan-pilihannya yang
menyangkut masa depan anaknya. Termasuk memaksa naluri anaknya, Farhan yang
jelas-jelas berbeda dan berhaluan dengan pilihan untuk masuk perguruan tinggi
jurusan insinyur. Maka yang terjadi ialah tejadinya pembebanan terhadap anak
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dirasanya asing dan tak sesuai
dengan naluri kelebihannya dari pada orang-orang seumurannya. Farhan adalah
seorang pemuda yang memiliki naluri atau insting untuk mencintai binatang. Ia
juga intim menggauli beberapa macam kamera untuk membidikkan cameranya memotret
kehidupan binatang di alam liar. Namun segala kelebihannya lumpuh, akibat
keraguan orang tua untuk tidak percaya pada segala kemampuan anaknya untuk
menjadi fotografer yang handal. Dan acap kali sang orang tua melarang dengan
sangat untuk menjauhi duniannya tersebut.
Raju, begitulah
ia dipanggil. Dia adalah seorang anak tukang pos. ayahnya adalah pengantar
kartu pos, namun kondisinya sangat memprihatinkan karena hanya bisa terbaring
dirumah karena menderita sakit. Dalam keluarganya, ia memiliki 2 saudara, yaitu
ia dengan kakaknya. Melalui perguruan tinggi inilah mimpi-mimpi keluarga
termasuk pernikahan kakaknya bisa segera terkabul oleh Raju. Namun yang terjadi
adalah takut, Rajju takut dengan masa depannya sendiri, ia menjadi seorang yang
sangat religious dan ia lebih percaya bahwa materi yang menentukan masa
depannya dan menentukan masa depan orang lain. Maka baginya perlu memupuk
materi sebagai modal masa depanya seperti dijari-jarinya tersemat barang-barang
mulia yang ia yakini penuntun menuju masa depannya. Selain itu hal yang
menjadikan pengaruh besar dalam menempuh pendidikannya adalah Ayahnya.
Ranco begitulah
ia dipanggil. Ranco adalah seorang anak yang tidak cukup memiliki uang, dan
nasib keluargannya tergantung pada sebuah keluarga yang kaya raya. Keluarganya
berprofesi sebagai pembantu pada keluarga menteri, namun fasilitas
pendidikannya ia dapatkan dari keluarga kaya tersebut akibat kecerdasan yang
dimiliki oleh ranco. Keluarga tersebut memiliki seorang anak laki-laki, yang
bodoh sehingga segala PR dan tugasnya selalu ia serahkan pada Ranco. Di satu
sisi Ranco menjadi semakin terasah sehingga kemampuan berfikirnya memang
benar-benar terasah dan luar biasa. Diakhir terjadilah kesepakatan untuk
memanipulasi data sebagai bentuk penyelamatan anak sang menteri yang bodoh
tersebut untuk dapat mendapatkan title insinyur dari perguruan tinggi negeri di
India melalui ranco.
Ketiga sosok
itulah tokoh yang menjadi sentral pengembangan dan sumber permasalahan dalam
film ini. sesuai dengan judulnya 3 Idiots bahwa ada tiga sosok pemuda
yang dikatakan idiot berusaha membuktikan bahwa mereka tidak idots. Atau
membuktikan bahwa nilai dan sesuatu yang dapat di ukur dalam dunia perguruan
tinggi tidaklah sangat berarti pada seorang individu jika individu sendiri
menghilangkan makna pemahaman dan mengantinya menjadi hafalan mekanik semata.
/3/
Unsur
yang membangun dalam sebuah cerita terdapat pengistilahan yang biasa dinamakan
sebagai unsur intrinsik. Unsure intrinsik sendiri merupakan sebauah unsur
pembangun karya sastra (dapat kita kaitkan dengan film sebagai visualisasi
karya sastra) yang terdapat di dalam karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur
pembentuk dalam film ini yang terdapat di dalam tubuh film ini diantaranya sebagai berikut:
No
|
Unsur Intrinsik
|
Keterangan
|
1
|
Tema
|
Tema yang
terdapat dalam film ini adalah tentang pendidikan, hal tersebut dibuktikan
dengan permasalah utama yang menjadi sumber pengembangan penceritaan adalah
tentang pendidikan. Dari pergolakan ketiga tokoh selama menempuh pendidikan
di perguruan tinggi, sampai pada masa depan masing-masing tokoh
|
2
|
Alur
|
Alur yang
digunakan dalam film ini adalah alur mundur, hal tersebut dibuktikan dengan
cerita yang diawali dari ketiga tokoh yang saling menunjukkan segala
pencapaian kesuksesan masing-masing tokoh dan selanjutnya diceritakan
masa-masa menempuh kuliah dan usaha-usah meraih masa depan masing-masing
tokoh.
|
3
|
Penokohan
|
Tokoh-tokoh tersebut diantaranya:
Rancho: cerdik
(dibuktikan dengan usaha melepas kesulitan ketika ia baru saja masuk ke
kampus dan harus mengikuti segala perintah seniornya), licik ( menganti kosa
kata pidato temanya sebagai perbuatan yang jail), tidak sopan (ketika
menumpahkan segelas jus ke sepatu pacar phia dan bersikap di depan pimpinan
perguruan tinggi)
Farhan : penurut
(sebagai teman Ranco ia menjadi seorang teman yang selalu mendukung Ranco dalm melakukan perbuatan
tanpa memeikirkan sesuatunya) tanpa pendirian (dibuktikan dengan sebagai teman Ranco ia menjadi seorang
teman yang selalu mendukung Ranco dalm
melakukan perbuatan tanpa memeikirkan sesuatunya)
Raju : peragu (dibuktikan
dengan setiap ranco dan farhan melakukan sesuatu ia menjadi orang yang lama
untuk menimbang-nimbang antara iya dan tidak) religious ( dibuktikan dengan
ketertibannya oa kepada untuk senantiasa sembahyang dan berdoa Tuhan)
berbhakti (dibuktikan dengan kebimbangannya akan nasib ayahnya yang hanya
bisa terbaring dirumah)
Phia : baik (dibuktikan
dengan ketersediannya untuk mau menolong dan membawa ayah Raju kerumah sakit)
jiwa sosialnya yang tinggi ( dibuktikan dengan ketersediannya untuk mau
menolong dan membawa ayah Raju kerumah sakit) materialistic
Virus : cerdas (
pemberian motivasi-motivasi kepada mahasiswa menjelang kelulusan) egois (
menjadikan segala sesuatu dinilai dari dirinya dan dianggap mutlak benar)
tidak berkemanusiaan ( membiarkan mahasiswanya untuk terus mengulang dan
tidak member kesempatan untuk memperlihatkan hasil tugas akhirnya) pendendam
( dibuktikan dengan ingin membalas dendam Rancho melalui ujian yang akan
ditempuhkan kepada Raju)
Teman mahasisiwa
satunya : licik ( dibuktikan dengan meraih nilai tertinggi dengan menghasut
teman-temannya dengan memberikan majalah-majalah dewasa kepada teman-temannya) penakut ( dibuktikan dengan ketakutannya
saat ditelpon rancho dan farhan dan mereka mengaku sebagai polisi)
Ayah farhan :
egois ( membenarkan segala perkataan dari mulutnya)
Ibu Rajju : baik
( senantiasa memeberikan nasihat yang baik kepada Raju)
Pengantar ke
kamar : cerdik ( dibuktikan dengan pemanfaatan ketidak tahuan Ranco untuk
mendapatakan uang)
Pengaku ranco :
penakut ( dibuktikan dengan kisah saat farhan dan raju mencari ranco di
rumahnya)
|
4
|
Amanat
|
Amanat yang
terkandung didalam film ini diantaranya :
Pertama adalah
jangan menajadikan kekurangan-kekurangan itu sebagai penghalang untuk meraih
segala mimpi-mimpi dan masa depan yang lebih baik.
Kedua adalah
jangan menjadikan metode menghafal dalam menempuh dan mengikuti proses
belajar-mengajar namun pahamilah segala sesuatu yang berkenanaan dengan
pengetahuan.
Ketiga adalah segala
bentuk ketidakbaikan itu pasti akan segera terlihat meskipun
sepandai-pandainya orang untuk menyembunyikannya.
|
5
|
Sudut Pandang
|
Sudut pandang
yang digunakan dalam film ini ialah orang ketiga sebagai pencerita, namuan
dalam beberapa bagian pencerita dari film ini ialah Farhan, dan Rajuu.
|
6
|
Lattar/ setting
|
Lattar dalam
film ini adalah di kampus atau di perguruan tinggi, hal tersebut dipilih
karena kecenderungan cerita dikembangkan dalam tempat-tempat perguruan tinggi
atau kampus.
Suasana dalam
film ini bervariasi, yaitu sedih, ( pada saat Rajju dapat diterima dalam sebuah
perusahaan besar) senang (saat ketiga kawan ini berkumpul ketika
masing-masing sudah mengengam mas depannya)
|
Secara
sistematis unsur pembangun dalam film ini telah tersebut diatas, jelas telah
dipaparkan bahwa terdapat tiga amanat yang terkandung didalam film ini, namun
terlepas dari hal tersebut kembali pada permasalahan yang menjadi topik pembicaran
dalam tulisan ini ialah motivasi ataukah provokasi, maka hendaknya kita juga
mengereti beberap hal yang sebenarnya tidak sejalan dengan pesan motivasi yang
sepertinya diusung oleh film ini.
Pertama
ialah kita perlu memperhatikan beberapa adegan yang memperelihatkan kecerdikan
itu berujung pada ulah mencerdiki (membodohi) orang lain karena dianggap orang
lain itu lebih bodoh dari pada kita. Dalam film ini kejadian tersebut dapat
ditemui pada 3 adegan yang mengarah pada tindakan yang tidak baik serta tidak
logis tersebut:
1.
Saat Ranco telah terlambat
mengumpulkan ujian, ia dengan sengaja menghaburkan kertas hasil ujian yang
sudah ditata rapi di atas meja karena ingin bahwa hasil ujian milik mereka
bertiga diterima kembali.
(secara umum
perbuatan tersebut telah memperlihatkan bahwa perbuatan itu bernilai tidak baik
atau tidak sopan, selain itu perbuatan itu juga memperlihatkan ketidaklogisan,
ketidaklogisan tersebut dibuktikan dengan apakah mungkin bahwa seorang yang
cerdas dan cerdik itu mengerjakan ujian dengan nilai sempurna harus
mengumpulkan terakhir dan melebihi batas waktu yang ditentukan oleh pemberi
ujian ? maka dapat dikatakan bahwa hal tersebut ambigu atau bisa dikatakan bahwa
Ranco sebenarnya tidak cerdas. Ataukah malah karena terlalu cerdas dan dapat
menyelesaiakan dengan cepat melakukan hal yang bodoh semacam itu ?
2.
Ketika Ranco dan Farhan menipu
temannya yang akan berpidato dalam sebuah acara di kampus.
( adegan tersebut telah
memberikan presepsi bahwa cerdas itu akan berujung pada cerdik, dan makna
cerdik sendiri itu mengarah pada kecerdasan untuk menipu dan mencerdiki orang
lain. Sebagai tokoh yang diceritakan cerdas Ranco memang sering melakukan
sesuatu hal yang benar-benar cerdas namun kadang perbuatan-perbuatan tersebut
jika di perhatikan ambigu dengan provokasi mencerdiki atau memanfaatkan
kecerdasan untuk membohongi orang lain)
3.
Terakhir adalah kejadian dalam
film yang jelas-jelas tidak logis dan tidak baik, yaitu saat Ranco berusaha
membawa ayah dari Raju menuju rumah sakit bersama Phia. Ketidaklogisannya
terletak pada apakah mungkin seorang yang stroke dengan kondisi yang sangat
parah dinaikkan motor melalui jalanan yang ramai dan beraksi mendahului
mobil-mobil besar. Secara ilmu kedokteran sepertinya hal tersebut sangat tidak
mungkin justru hal tersebut dikatakan bukan sebagai sebuah usaha penyelamatan
melainkan sebagai usaha percepatan kematian. Selain itu adalah aksi saat berada
didalam rumah sakit. Apakah mungkin motor sampai masuk dan berkeliaran
seenaknya masuk kerumah sakit dengan kondisi motor yang menyala. Bukankah hal
tersebut akan menganggu pasien-pasien yang lain?. Jelas hal tersebut merupakan
sesuatu perbuatan yang tidak baik.
Karena pada dasarnya perbuatan tersebut termasuk dalam kategori merampas hak
orang lain terutama hak pasien untuk bisa beristirahat dan tidak mendegar
kegaduhan seperti yang dilakukan oleh Ranco.
Beberapa hal
tersebut hendaknya menjadi sebuah perhatian dalam menampilkan sebuah adegan
dalam film. Pada dasarnya film memiliki kelebihan yang sangat signifikan di
banding dengan karya berupa tulisan, yaitu film lebih cepat diingat oleh penikmat dan kadang masa pengingatannya.
Namun kelebihan itu kan bernilai negative jika terjadi ketidak bjaksanaan actor
dan orang-orang yang ada di balik film tersebut yang dengan sengaja atau tidak
sengaja menambah dan menyelipkan adegan-adegan yang berhaluan arah dengan makna
–makna positif dari film tersebut sehingga yang terjadi adalah penikmat juga
akan mengkekalkan pengetahuan yang baiak serta pesan yang baik namun terkesan buruk untuk tetap
bernaung dalam fikiran penikmat film itu sendiri.
/4/
Produksi
film pada dasarnya memiliki sasaran utama untuk diingat atau mendapat tempat di
dalam pikiran para penikmat sebagai bentuk keberhasilan dari orang-orang
dibalik film tersebut untuk menyampaikan pesan-pesan tersembunyi dalam film.
Namun perlu diingat bahwa kemampuan orang atau penikmat untuk menikmati sebuah
film itu bernilai relatif, yaitu sesuai dengan kondisi dan horizon pembacaaan
dari masing-masing individu penikmat. Artinya tidak dapat segala presepsi yang
dinawaitukan atau diniatkan oleh produser itu tersampaikan secara merata dan
sama. Hal tersebut dapat berakibat pada terjadinya kesalahan presepsi terhadap
pemaknaan dari film-film yang ditayangkan tersebut.
Seperti
pada film yang berjudul 3 Idiots ini, secara umum jelas, masalah dan point yang
ditonjolkan dalam film ini adalah bidang pendidikan. Namun beberapa hal yang
menjadi perias film sebagai penambah nuansa keberagaman dan kelucuan itu kadang
malah menjadi sesuatu pesan pupus yang tidak menimbulkan kesan dan
mengambigukan pesan yang ingin disampaikan seperti pada film ini, yang kemudian
kesan penikmat itu akan beralih pada provokasi mencerdiki orang yang bodoh atas
dasar kemampuan berfikir yang lebih berupa kecerdasan. Maka dari itu perlu
kekonsistenan misi yang diusung dari sebuah film untuk diproduksi demean atau
tanpa memburu sesuatu yang lain selain pesan atau nilai moral, seperti contohnya
kelucuan dan pornografi dijadikan sebagai magnet penikmat untuk melihat dan
menyaksikan film yang di produksi. Hal tersebut akan menjadikan film tidak akan
tepat sasaran dan kadang malah mempresepsikan yang jauh melenceng. Terutama
menyangkut pengalaman dan horizon pembacaan dari para penikmat. Hendaknya dunia
perfilman lebih mengutamakan value bukan nilai yang bernilai nominal saja.
Komentar
Posting Komentar
Salam kenal 😊 Terima kasih sudah berkomentar. Sering-sering mengecek postingan terbaru dari www.omahloretan.blogspot.com yaa 😊