Postingan

Urip Werno-Werno

Gambar
Namanya bukan manusia jika senang berkomentar dan kadang tak ingin dikomentari.  Namun,  hal itu tampaknya memang sudah menjadi naluri yang harus disalurkan oleh mereka. Bukan cuma saya,  Anda pasti sering mendengar komentar miring soal teman atau orang lain. Dan,  pada akhirnya,  kita sering tak sadar untuk ikut berkomentar pula. Padahal,  komentar itu adalah hal yang subjektif. Yang kadang tak pernah dekat dengan kebenaran. Dalam kehidupan,  kebenaran terbagi menjadi tiga.  Yakni,  kebenaran individu,  kelompok,  dan kebenaran mutlak. Tiga hal itulah yang sering memicu terjadinya sikap saling membicarakan satu dengan yang lain. Keberbedaan dan ketidaklaziman sangat berpotensi menimbulkan ujaran perkomentaran.  Padahal,  tidak semua hal bisa dipahami manusia satu dengan yang lain.  Apalagi dengan menyamakan semuanya. Ibarat sebuah laptop,  kemampuan sofware sangat menentukan pembacaan terhadap file tertentu. Tak ubahnya dengan manusia,  apa yang dialami maupun tindakan yang

Mengenal Zola

Gambar
Saat ini pukul 02.00. Setelah membaca sampai halaman 45 salah satu novel karya Emile Zola,  perut saya sepertinya menggerutu.  Ia bersuara meminta untuk diisi. Alur cerita yang mulai saya nikmati akhirnya terpaksa mandek. Saya akhirnya harus menuruti nafsu perut tersebut.  Dalam perjalanan mencari warung,  dengan berjalan kaki,  pikran saya masih mengingat alur cerita yang baru saya baca.  Ya,  salah satu novel karya Emile Zola memang cukup menarik.  Terutama si tokoh utamanya. Berhubung warung langganan masih tutup,  saya pun memutuskan untuk berjalan-jalan sembari mencari tempat yang lain. Namun,  di tempat yang lain,  tanda-tanda adanya warung yang masih buka tak terlihat.  Hanya ada beberapa rombong nasi goreng. Kemudian,  saya putuskan pergi ke swalayan 24 jam di sekitar temapt tersebut.  Satu snack dan satu botol susu murni kecil cukup untuk mengganjal perut. Saat keluar, saya lihat,  warung langganan mulai ditata untuk dibuka. Saya pun memutuskan untuk menunggunya di depa

Surantat

Gambar
Lelaki Paro Baya yang Lekas Berputus Asa Sore itu matahari terlihat sejuk. Diikuti hembusan angin yang tak sebegitu besar, temaram cahayanya memberikan ketenangan. Termasuk dirasakan Rantat. Seorang laki-laki parobaya beranak satu laki-laki. Dia adalah seorang suami untuk istrinya yang tak pernah muncul setelah empat tahun lalu memutuskan untuk merantau ke negeri seberang. Dia juga seorang ayah dari anak laki-laki kurus berkulit sawo matang yang saat ini duduk di bangku SD. Dia juga adalah seorang anak dari nenek tua yang beralih peran menjadi ibu dari anaknya. Sore itu dia memancing di sungai belakang rumahnya. Sudah sangat lama dia di sana. Hari itu dia memutuskan untuk tak bekerja meski sering kali anaknya merengek meminta berbagai hal yang dia temukan di televisi. Namun, "nanti kalau sudah punya uang" adalah ungkapan yang lumayan ampuh untuk menenangkan anaknya itu. Hari itu adalah hari Jumat. Bagi seorang penganut salah satu agama yang dianggap benar, hari itu

Definisi Teman

Gambar
http://static.republika.co.id/uploads/images/headline_slide/pertemanan-pria-ilustrasi-_150218020253-323.jpg Malam itu, saya bersama seorang kawan ngobrol di warung kopi (warkop). warkopnya tidak terlalu mewah, lumayan untuk sekadar nongkrong sampai pagi. Sebagaimana biasanya, kami akan membicarakan hal-hal terkini, berkomentar, dan memvonis senakknya. Namun, malam itu obrolan kami berbeda. Di antara kerumunan anak muda yang bermain game sambil berteriak, kami ekslusif berbicara serius tentang teman. Bagi kami, itu Sungguh bukan tema pembicaraan warkop yang biasa kami obrolkan. Tema itu muncul saat teman saya asyik mengamati telepon genggam pintarnya. Sembari mengisap sebatang sigaret yang tinggal separo, ia sodorkan benda tersebut kepada saya. Saya terdiam, tidak ada masalah dengan foto itu. Tidak ada unsur pornografi, provokasi, dan saya kira wajar. Kami juga mengenal mereka. Ia lantas bertanya di mana si Fulan. Biasanya komunitas itu ada si Fulan. Pasti ada dia dalam setiap

Menua

Suatu siang,  saya melihat seorang bapak-bapak yang cukup tua. Dia menenteng ransel besar semacam tas yang dibawa para sales.  Dengan gestur tubuh yang tua dan lelah,  dia berjalan,  lantas duduk di warung di sebelah saya. Dari gelagatnya,  beberapa tubuhnya sudah terlihat tak berfungsi.  Kesan itu saya dapatkan ketika dia memesan es kopyor kepada pedagang di warung tersebut.  Suaranya terdengar tak begitu jelas, mirip seperti anak kecil yang baru belajar berbicara. Meski menyadari hal itu,  dia berusaha menjelaskan apa yang diinginkannya sambil menunjuk dagangan yang ada di warung. Ya,  dia menunjuk es kopyor sambil menunjukkan isyarat tangan yang didada-dadakan beserta ucapan es yang tak begitu jelas. Pedagang pun tahu maksud si orang tua itu.  "Gak, gawe es?" seloroh si pedagang.  Setelah duduk,  orang tua tersebut mengusap keningnya yang sedikit basah oleh keringat dengan tisu yang tersedia di atas meja.  Dengan tangan yang bergetar, dia buka tas besarnya. Es pes

Desain Backdrop/Fotobud Kegiatan Pramuka 7

Gambar
Perkemahan Sabtu-Minggu (Persami) SD Islam Babadan Scout Challenge (SSC) 2016

Desain Sertifikat Peserta Kegiatan Pramuka 7

Gambar
Perkemahan Sabtu-Minggu (Persami) SD Islam Babadan Scout Challenge (SSC) 2016

Desain Tanda Peserta Kegiatan Pramuka 7

Gambar
Perkemahan Sabtu Minggu (Persami) SD Islam Babadan Scout Challenge (SSC) 2016 SD Islam Babadan

Desain Stiker Kegiatan Pramuka 7

Gambar
Perkemahan Sabtu Minggu (Persami) SD Islam Babadan Scout Challenge (SSC) 2016 SD Islam Babadan