Postingan

Satu Aja Susah, Ini Enam Ditelanjangi..

Gambar
Sumber: madiun.solopos.com Alias siji wae gak oleh-oleh (satu saja  nggak  dapat-dapat kok), lha ini enam sekaligus dipacari plus ditelanjangi. Wah... benar-benar ngece ini pelaku. Bagi-bagi resep po o mas! Yah..... Foto bugil enam perempuan mengagetkan jagat media sosial pada awal Desember, Kamis (7/12) dan Jum'at (8/12). Bagaimana tidak kaget, keenam foto disebarkan oleh si pacar, tega-teganya dia. Yang lebih membuat tratapan, si penyebar adalah mahasiswa yang dikabarkan lanjut S2 dengan catatan mendapat beasiswa. Sederhananya adalah pelaku berpendidikan tinggi, lha kok bisa? Saya juga tidak tahu. Yang lebih membuat tratapan plus deg-deg ser lagi, si laki-laki (jare netijen perempuan dan laki-laki yang komen) bertampang biasa alias nggak mirip kayak Brad Pitt, David Beckam, atau Lee Min Hoo. Boro-boro mirip artis luar negeri, mirip artis dalam negeri semacam Ariel saja tidak. Lha kok bisa-bisanya dia menelanjangi enam perempuan sekaligus. Putih-putih dan semampai

Jangan Marah kepada Seorang Pemarah

Gambar
Ilustrasi: Feri Fenoria Di sebuah perusahaan media, hal semacam itu terkesan menjadi hal lumrah. Selain karena status swasta perusahaan yang persaingannya ketat, dunia media memiliki sisi kekejaman atas pola kerja yang cepat. Suara gebrakan meja dengan diikuti umpatan sangat terdengar jelas. Bagi siapa pun yang berada di sekitarnya, tak ada hal yang bisa di lakukan, kecuali hanya diam dan berpura tidak mendengar. Memang sikap itu terlihat sangat pengecut. Tapi mau bagaimana lagi. Apalagi jika status kita sama-sama bukan siapa-siapa alias hanya sebagai karyawan biasa. Di sebuah perusahaan media, hal semacam itu terkesan menjadi hal lumrah. Selain karena status swasta perusahaan yang persaingannya ketat, dunia media memiliki sisi kekejaman atas pola kerja yang cepat. Meski demikian, tetap muncul insting sisi kemanusiaan ketika harus melampiaskan kekesalan dengan menyalahkan orang lain. Namun, itulah yang biasa terjadi. Kesan itu saya dapati betul. Khususnya ketika meli

Banner Ucapan Selamat Puasa 2018

Gambar
Bulan ini (Mei 2018) Ramadhan.  Konon disebut sebagai bulan penuh ampunan. Bulan saat para syetan diborgol dalam liang-liang jeruji besi.  Ada yang mengatakan bahwa Ramadhan adalah saat dimana kita memanen hasil untuk mengumpulkan pahala. Lantas,  apa memang dibenarkan bila motivadi beribadah itu hanya untuk mendapatkan pahala? Bagaimana dengan hati kita ketika menggelar shalat?  apa pula yang dipikirkan ketika shalat? Bukankah itu justru akan menjauhkan kita pada hal yang ilahiah,  yaitu beribadah untuk menjalin kontak dengan Sang Pencipta? Inilah kenapa,  kita mesti membiasakan diri untuk selalu belajar dan berpikir dengan jernih. Selamat menunaikan ibadah puasa... Semoga bermanfaat. ..

Brosur dan Banner PPDB SD tahun 2018

Gambar
Diminta mendesainkan banner besar untuk dipasang dipinggir jalan memang bukan perkara mudah.  Terutama jika tampilan lingkungan dan sebelumnya tampak tinggal menganti tahun serta hal baru lainnya. Padahal dalam dunia desain atau kreatif,  imajinasi tampilan itu tak berbatas.  Terserah dan sak karep..  Yang penting misi menyampaikan pesannya kepada pelihat atau pembaca terbaca, tersalurkan. Berikut desain brosur dan banner ppdb sd di salah satu sd Islam di daerah Babadan,  Wlingi,  Kabupaten Blitar,  Jawa Timur. Semoga bermanfaat:

Banner Panggung Perpisahan Sekolah Dasar

Gambar
Sedari kecil,  ingatan saya masih saja sama dan jelas terpatri tentang rasa malu yang berlebihan ketika berada di antara kerumunan orang alias panggung, juga semacamnya.  Saya juga masih sangat ingat saat itu tahun 2001 kami mengisi sebuah acara sekolah mauludan atau apa dengan tampilan tari semacam girl band maupun boyband. Namun,  semua itu tak saya sesali.  Terdapat banyak pelajaran yang berharga dari hal-hal kecil perjalanan kita.  Khususnya saat kita mau untuk merenunginya secara mendalam. Kenangan itu kembali muncul saat seorang teman menghubungi untuk dibuatkan banner untuk acara perpisahan kelas VI. Berikut desainnya,  semoga bermanfaat. Banner perpisahan SD Islam Babadan Tahun 2017-2018 Banner perpisahan SD Islam Babadan Tahun 2017-2018 Banner perpisahan SD Islam Babadan Tahun 2017-2018 Banner perpisahan SD Islam Babadan Tahun 2017-2018 Banner perpisahan SD Islam Babadan Tahun 2017-2018

Karikatur yang Tak Beratur

Gambar
Bagi saya,  memandang sebuah objek yang non-realis,  tapi bukan pula surealis,  selalu menarik dan lumayan bertahan cukup lama.  Saya masih sangat ingat,  ketika duduk di bangku SD,  sore tepatnya,  ibu saya hendak mengajak pergi ke rumah nenek. Segala persiapan dan seluruh keluarga pastinya diajak.  Namun, kala itu,  kartun Tsubasa sangat menarik perhatian saya. Bahkan, instruksi Ibu untuk saya bersiap tak ter-record sama sekali. Saya tetap meliarkan imajinasi yang saya peroleh dari visualisasi kartun Tsubasa tersebut.  Turut hanyut dan membayangkan bahwa dunia ini tidak nyata alias indah seperti visual kartun itu,  pikir saya. Itulah seni.  Ia merupakan seongok megic yang mampu memberikan energi.  Seperti halnya yang melekat pada seni-seni yang lain semacam sastra berwujud puisi,  prosa, maupun drama. Ia merupakan energi yang mengaktifkan sinyal imajinasi pada manusia. Itu bukan berarti tidak baik atau negatif.  Imajinasi dalam bahasan tersebut bermakna keaktifan sinyal otak

Berkemah Lagi: Bedanya, di Hari Kartini

Gambar
Tahun ini adalah tahun yang ke-7 pergelaran kemah di SD di dekat rumah. Dulu, sebelum ini, kami hanya bertiga. Dua laki-laki dan satu perempuan. Kala itu kami masih SMA. Sebagai bentuk pengabdian, meski sangat kecil, kami bermimpi menguasai kegiatan kepramukaan di kecamatan melalui media tersebut. Karena itu, kami memilih untuk menjadi pembina Pramuka. Bukan bermaksud buruk, kami hanya ingin aktif berkegiatan di tingkat kecamatan. Khususnya membagikan pengalaman berpramuka dari event-event eksternal yang kami ikuti. Dalam upaya itu pula, kami aktif berkegiatan di satuan karya Pramuka seperti di Saka Bhayangkara dan Saka Bhakti Husada. Suatu waktu, saya bersama dengan seorang teman laki-laki sempat melakukan perjalanan dengan berjalan kaki ke Kota Bumi Arema. Tak lain dan tak bukan hanya untuk urusan Pramuka. Sempat pula kami berdua ke Gresik mencari sebuah tas teman perempuan kami yang ketinggalan saat berlomba tingat provinsi yang bertajuk Giat Prestasi Tegak Dega (GPTD). Dal

Tahun Ke-68 Film Kita

Gambar
"Jangan jadi admin medsos Kemdikbud. Berat. Kamu tidak akan kuat. Biar aku saja," tulis akun @kemdikbud Lelaki berpakaian SMA (Iqbal Ramadhan) memegang gagang telepon umum di pinggir jalan. Di tempat yang lain, seorang perempuan menerima telepon dengan wajah semringah (Vannesa Prescilla). ”Jangan rindu, kamu tidak akan kuat. Biar aku saja,” kata sang lelaki lantas menutup telepon. Itulah sepotong adegan film “Dilan 1990” yang sempat viral pada awal 2018. Saking menyedot banyak perhatian warganet, enam instansi pemerintah turut mengunggah status bertema serupa. Misalnya, akun Twitter @ditjenpajak, @infoBMKG, @BPKPgoid. Termasuk akun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dalam @kemdikbud. "Jangan jadi admin medsos Kemdikbud. Berat. Kamu tidak akan kuat. Biar aku saja," tulis akun @kemdikbud. Sejak diluncurkan pada 25 Januari 2018, penikmat film ”Dilan 1990” menembus angka 6,1 juta pada Maret. Jumlah itu sebenarnya masih kalah dengan film

Yang Kami Sebut Blakontang

Gambar
Sumber: google Menyusuri jalanan desa,  tiga anak kecil sangat teliti mengamati gundukan sampah di pinggir jalan.  Saat itu pukul 13.00, sepulang sekolah,  seorang menaiki sepeda sembari meneteng tas kresek plastik hitam.  Dua anak lainnya berjalan beriringan di sisi kanan dan kiri jalanan. Fokus mereka tetap sama, mendolog pada tumpukan-tumpukan sampah. Tong-tong sampah yang tertutup pun bakal mereka endus, lantas buka dengan pandangan tajam. Ketiganya sangat berharap tas plastik hitam yang disematkan pada stang sepedah bercat hitam itu terisi penuh. Ya,  terisi penuh dengan bungkus-bungkus rokok yang berharga mahal. Pemulung?  Bukan. Mereka adalah anak-anak polos yang tengah menempuh pendidikan dasar. Untuk mereka,  bungkus-bungkus rokok itu menjadi alat transaksi dalam permainan kerakyatan. Blakontang biasa mereka menyebutnya. Sebab,  bagi ketiganya, hal tersebut sangat penting.  Tak sembarangan bocah bisa berimajinasi dengan barang-barang bekas murahan semacam itu.  N