Postingan

Hai Bandung, Hai Millea ..

Gambar
Dalam definisi saya, baik secara dekriptif maupun geografis, Bandung adalah salah satu kota yang uwuwuwu. Jangan mencari definisi uwuwuwu di KBBI, jelaslah gak ada. Tapi, bagi saya, kata ini lumayan mewakili. Dan, saya rasa butuh beberapa kata dalam bahasa Indonesia untuk menggambarkannya jika tidak memakai kata uwuwuwu. Iya, menggambarkan si Teteh Gelius Bandung ini. Itu jelas boros, lebih dari satu kata. Kata mantan yang kini sudah mau nikah (hiks) itu nggak baik. Saya ingat. Kata dan nama Bandung kali pertama saya dengar ketika di TK. Saat sekelas anak-anak kecil polos diminta saling memegang pundak temannya. Lalu, terdengar nyanyian "Naik kereta api tut tut tut.. Siapa hendak turut. Ke Bandung, Surabaya.. Bolehlah naik dengan percuma. Ayo kawanku lekas naik. Keretaku tak berhenti lama". Iya, benar dari situ. Bandung. Kenapa harus ke Bandung dan Surabaya? Kenapa naik kereta?. Lhah mbuh. Berikutnya, nama Bandung kembali terpahat di pikiran saya. Tepatnya saat SD k

Cerita Mau Bikin Kaos Organisasi

Gambar
Di dalam sebuah ruangan kecil berukuran 4 x 3 m, kami berdiskusi perihal tema buletin yang bakal terbit di dua minggu terakhir bulan Juni. Sebagai mahasiswa yang berkecimpung di dunia pers kampus, ada banyak hal termasuk risiko yang mesti kami pikiran matang-matang untuk sekadar mengutarakan unek-unek. Darwin tiba-tiba nyeletuk ingin mengangkat tema komersialisasi kampus. Aku dan Sitor seketika saling berpandangan. Memang teman kita satu ini suka punya ide yang bagus. Meski, kadang gila,nekat, dan ngawor. Tapi, kali ini idenya memang lumayan. Beralasan dan menarik. Mengingat, kampus kami tengah beredar isu adanya kenaikan biaya kuliah. "Kita juga perlu memikirkan cara yang lebih efektif untuk menunjukkan identitas kita sebagai pers mahasiswa" "Nggak cukup hanya dengan lembaran asu, yang bikin kita misoh-misoh karena print kita sering rusak" "Kita memerlukan legitimasi politik untuk sekadar memberitahu arah ideologi pers kita sebagai penggonggong

Mendeskripsikan Syair, Budaya Mataraman, dan Kearifan Lokal

Gambar
Sumber: google.image.com Syair Syair dalam beberapa pengertian, diartikan sebagai salah satu jenis puisi lama yang isi muatan-muatannya mengandung ajaran Islam. Secara etimologi   syair (dalam Rosyadi 2012: 8) berasal dari bahasa Arab yaitu Syu'ur yang berarti perasaan. Kemudian kata Syu'ur berkembang menjadi kata Syir'u yang berarti puisi. Meskipun demikian dalam konteks kemasyarakatan jawa, syair memiliki pengertian yang khas dan mengacu pada sebuah bentuk akulturasi dua kebudayaan yaitu jawa dengan Islam, sehingga muncullah istilah syair dan singiran, terutama di lingkup sosial masyarakat jawa yang kental dengan nuansa agama Islam. Kemunculan istilah singiran, pada dasarnya merujuk pada istilah tembang atau lagu (dalam kebudayaan jawa) hanya yang membedakan diantara keduannya adalah isi atau muatannya yaitu penggunaan bahasa arab, dan penggunaan bahasa jawa. Artinya, syi'ir sebenarnya turunan dari istilah syair (Umum) yang dikhususkan, terutama menyan

3 Idiots, Memotivasi atau Memprovokasi?

Gambar
Ilustrasi: Poster film 3idiots. (Sumber: kompasiana) Sebuah Apresiasi Karya Sastra Berupa Film Oleh   : FERI FENORIA RIFA’I 121111070 /1/ Di era teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang, film bukan lagi menjadi sesuatu yang mewah dan luar biasa. Berbeda dengan era-era sebelumnya, film merupakan sebuah media hiburan yang diperuntukkan kepada kaum-kaum elite atau kaum menengah atas. Selain itu, film-film tersebut dipertunjukkan   dalam bioskop-bioskop yang terdapat dalam Mal di kota-kota besar sehingga terjadi kecenderungan kaum-kaum elite yang lebih sering menikmati hal tersebut. Film sendiri merupakan sebuah bentuk hiburan berupa pertunjukkan yang menggunakan gabunggan antara gambar dan suara disertai dengan visualisasi atau rekaman jejak kehidupan manusia. Di Indonesia, dunia film mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut dibuktikan dengan pertama, jadwal pemutaran film pada gedung-gedung film atau bioskop sehari mencapai tig

Wajah Postkolonialisme dalam Cerpen "Penjaga Malam"

Gambar
Ilustrasi penjaga malam. (Sumber: kompasiana.com) Analisis Cerpen "Penjaga Malam" Karya: Eka Kurniawan             Sebagai sebuah cerpen yang masuk kedalam kategori cerpen fantastik atau kita dapat sebut sebagai cerpen yang berbau irasional atau mistis, cerpen secara umum dominan terhadap hal-hal tersebut. Kaitan dengan wajah psotkolonial dalam cerpen ini terletak pada gambaran-gambaran irasional tersebut. Argumen tersebut berdasar pada pertama, adalah mengenai pandangan oriantalisme barat terhadap timur. Seperti kita ketahui kemunculan teori ini ialah suatu bentuk keresahan orang-orang yang dalam ini adalah para warga negara yang bertindak sebagai seorang korban penjajahan tidak menemukan kenyamanan pasca penjajahan diakhiri oleh sebuah negara yang mendominasi. (Nurhadi, 2011).             Kedua adalah pemaknaan post dalam kata postkolonial sendiri. Seperti dijelaskan dalam beberapa makalah maupun buku yang memaparkan penjelasan mengenai postkolonial tel

Mengapresiasi Sastra, Cerpen 'Penjaga Malam' Karya Eka Kurniawan

Gambar
Eka Kurniawan. (Sumber: detik.com) APRESIASI SASTRA Cerpen ‘PENJAGA MALAM’ Karya: Eka Kurniawan Oleh : FERI FENORIA RIFA’I 121111070 /1/ Cerpen merupakan bagian dari genre prosa. Prosa sendiri merupakan salah satu genre dalam dunia kasusatraan Indonesia yang memiliki cirri kebahasaan yang bebas dan terurai, bebas dan terurai disini diartikan sebagai bentuk ungkapan nilai estetika (ciri utama kebahasaan sastra) dan ungkapan ketidaklangsungan berupa bentuk narasi bahasa yang terurai dalam strukturnya. Berbeda dengan ciri genre sastra yang lain seperti puisi dan drama. Puisi memiliki cirri kebahasaan yang dipadatkan dalam struktur badannnya atau dapat disebut pula bahasa yang dimampatkandalam beberapa kata dana kalimat yang sederhana. Begtu pula dengan genre sastra drama. Struktur drama memiliki ciri kebahasaan berupa adanya dialog, stage direction dan keterangan adegan atau kramanggung. Dari ketiga genre kesusastraan Indonesia tersebut, dalam hal ke